Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), H. Herman Deru, menjadikan perubahan pola pikir sebagai kunci utama dalam Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP Sumsel). Langkah konkretnya adalah dengan menyiapkan pilot project di 34 sekolah untuk menerapkan kurikulum muatan lokal ketahanan pangan. Dukungan kurikulum ini dibahas saat Gubernur menerima kunjungan World Agroforestry (ICRAF) di Palembang, Selasa (30/9/2025).
Herman Deru menegaskan bahwa GSMP Sumsel selalu menarik karena menawarkan perspektif ganda: solusi harfiah dan perubahan mindset dari konsumtif menjadi produktif.
Dari Konsumsi ke Produksi: Mendesak Muatan Lokal Ketahanan Pangan
Ancaman inflasi pangan merupakan risiko tahunan yang sangat memengaruhi stabilitas ekonomi daerah. Ketergantungan pada pasokan luar dan tingginya pola konsumsi masyarakat lokal dapat memperburuk volatilitas harga. Oleh karena itu, GSMP Sumsel tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada pembentukan budaya kemandirian yang mengakar kuat.
Menurut Herman Deru, pembelajaran muatan lokal di sekolah harus mampu membentuk pola pikir baru pada murid. Dengan demikian, GSMP Sumsel akan berhasil menjaga ketahanan pangan dan sekaligus mendukung pengendalian inflasi di Sumsel secara fundamental. Tingginya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi umum daerah menunjukkan bahwa solusi jangka panjang melalui edukasi adalah sebuah urgensi.
Sinergi Kurikulum dan Aksi Nyata dalam GSMP Sumsel
Dinas Pendidikan Sumsel telah mengambil langkah strategis dengan mendukung penuh gerakan ini. Mereka menjadikan 34 sekolah sebagai pilot project yang akan mengimplementasikan kurikulum tersebut. Langkah ini menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Sumsel memandang edukasi sebagai investasi jangka panjang yang krusial.
Gubernur Herman Deru menekankan pentingnya mendidik anak-anak, yang ia sebut sebagai “Generasi Emas 2045,” agar memiliki jiwa kemandirian. “Mereka adalah penerus bangsa yang mesti tumbuh dengan prinsip mandiri dalam kehidupan sehari-harinya,” tambahnya. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (Ketpangnak) Sumsel, Ruzuan Efendi, dan Plt. Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Mondyaboni, turut hadir dalam acara tersebut, menandakan kolaborasi lintas sektor yang kuat.
Meskipun demikian, proyek kurikulum GSMP Sumsel menghadapi tantangan yang realistis. Tantangan terbesar adalah integrasi praktikal kurikulum. Keterbatasan lahan di lingkungan sekolah, kebutuhan akan pelatihan guru yang intensif, serta alokasi biaya implementasi pilot project yang berkelanjutan dapat menghambat transisi dari teori ke praktik. Pemprov Sumsel harus memastikan pilot project ini memiliki dukungan teknis dan logistik yang memadai agar tidak hanya menjadi materi ajar semata.
Proyeksi Dampak Jangka Panjang dan Tantangan Replikasi GSMP Sumsel
Jika pilot project di 34 sekolah ini berhasil, dampaknya akan berlipat ganda. Secara langsung, ini menciptakan sumber pangan skala mikro di lingkungan sekolah. Secara tidak langsung, hal ini menanamkan nilai-nilai kemandirian dan produktivitas sejak dini, mempersiapkan Generasi Emas 2045 yang resilient terhadap gejolak ekonomi.
Dengan demikian, GSMP Sumsel melalui jalur pendidikan ini menawarkan model solusi ketahanan pangan yang holistik. Keberhasilan program percontohan ini akan membuka jalan bagi replikasi ke seluruh sekolah di Sumsel. Kepala Bappeda Sumsel, Regina Apriyanti, hadir dalam pertemuan tersebut. Tentu saja, hal ini menunjukkan komitmen Pemprov untuk mengawal program ini dari tahap perencanaan strategis hingga implementasi skala luas. ***
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.