Yogyakarta, NUSALY.com – Kemendikbudristek melalui Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) menggelar Lokakarya Peningkatan Kapasitas Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota di Yogyakarta, pada 28 Agustus s.d. 1 September 2023. Lokakarya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tim pengembang kurikulum dalam pengembangan kurikulum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam lokakarya tersebut, Puskurjar mendorong daerah untuk mengembangkan kurikulum kontekstual (muatan lokal/mulok) yang sesuai dengan kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Salah satu contohnya adalah pengembangan kurikulum muatan lokal rendang di Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.
“Karena Payakumbuh dikenal sebagai sentra rendang dan memiliki pusat industri rendang, Pemerintah Kota Payakumbuh lalu membuat program kearifan lokal berupa School of Rendang (SoR). Peserta didik diajak melihat proses pengolahan rendang modern di sentra industri, mempelajari higienitas prosesnya, dan bagaimana agar kandungan gizinya tidak hilang selama proses,” kata Kasie Bidang Pendidikan Dasar, Kurikulum, dan Peserta Didik; Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh; Nikmat Elva.
Pengembangan kurikulum muatan lokal kebencanaan juga diterapkan oleh Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Kota Pekalongan merupakan daerah rawan bencana, khususnya banjir rob. Dalam pengembangan kurikulum melalui muatan lokal kebencanaan, peserta didik diedukasi tentang cara penanggulangan sampah, cara daur ulang sampah, dan bagaimana mengatasi bencana banjir.
Kepala Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) SMK dari Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua, Ahmad Azikin, mengapresiasi kegiatan Lokakarya Peningkatan Kapasitas Tim Pengembang Kurikulum. Menurutnya, dalam implementasi Kurikulum Merdeka sangat dibutuhkan tim pengembang kurikulum di masing-masing provinsi/kabupaten/kota.
“Kita tahu sudah ada guru penggerak, tapi guru penggerak lingkupnya masih di sekolah, sementara tim pengembang kurikulum kan berkedudukan di daerah (dinas pendidikan) sehingga ketika tim pengembang kurikulum diberdayakan lebih intens, maka penyampaian ke sekolah-sekolah bisa lebih luas dan imbasnya bisa lebih besar,” tuturnya.
Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar), Zulfikri, mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka telah disusun dengan lebih sederhana, fokus pada materi esensial, lebih fleksibel dan konstekstual, serta lebih fokus pada pengembangan atau pendidikan karakter.
“Semoga Bapak/Ibu lebih bisa membumikan kurikulum nasional secara lokal sehingga Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) benar-benar kontekstual dan sesuai dengan kondisi di daerah masing-masing dan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, kurikulum operasional saruan pendidikan menunjukkan warna-warni masing-masing daerah dan individu anak, tidak ada format yang seragam secara nasional,” tuturnya.
(dhi)