JAKARTA, NUSALY – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Institut Leimena menyelenggarakan Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy/ICCCRL) di Jakarta. Konferensi ini diselenggarakan untuk menegaskan peran krusial pendidikan dalam memperkuat rasa saling percaya di tengah masyarakat yang majemuk.
Mengusung tema “Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies”, konferensi yang digelar pada Selasa (11/11) ini mempertemukan lebih dari 200 peserta dari 20 negara, terdiri dari akademisi, birokrat, pemuka agama, hingga pimpinan lembaga internasional.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dalam sambutannya menyampaikan bahwa optimisme kerukunan antaragama dan antarbudaya dapat terwujud bila masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki kesiapan membuka hati dan pikiran untuk saling bekerja sama.
“Kepercayaan ini bisa semakin kita tingkatkan seiring dengan komitmen kita untuk memberikan bekal kepada generasi muda agar mereka semakin percaya diri untuk melintas batas interaksi sosial dan budaya,” ucap Mendikdasmen.
Pedagogi Penguat Kohesi Sosial
Dalam konteks inilah Kemendikdasmen telah memprioritaskan sejumlah langkah strategis untuk membentuk karakter generasi muda yang terbuka dan siap bekerja sama. Langkah-langkah tersebut mencakup penerapan pembelajaran mendalam (deep learning) di ruang kelas, program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang mendorong aktivitas sosial, serta penguatan program konseling di sekolah dan keluarga untuk menumbuhkan komunikasi yang sehat.
Mendikdasmen berharap, forum internasional ini menjadi momentum untuk membangun sebuah gerakan berbasis pendidikan—baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat—agar kohesi sosial tercipta dalam suasana rukun dan harmonis.
Pendekatan ini sejalan dengan rekomendasi UNESCO tahun 2021, yang menyebutkan bahwa untuk menghadapi dunia yang terpolarisasi, pendidikan di masa depan perlu pedagogi yang memperkuat kerja sama dan solidaritas.
Executive Director Institut Leimena, Matius Ho, menjelaskan bahwa kemampuan untuk berkolaborasi dengan yang berbeda agama dan keyakinan sangat berpengaruh terhadap rasa saling percaya dalam masyarakat.
“Semoga konferensi ini dapat mendorong kita untuk berbagi pengalaman serta membangun sinergi untuk memperkuat masyarakat majemuk yang inklusif dan kohesif, baik di negara kita masing-masing, di kawasan regional ASEAN, dan lebih luas,” ujar Matius.
Diakui sebagai Model Global Pencegah Ekstremisme
Pengakuan terhadap model yang dikembangkan di Indonesia ini datang dari Chief Grants Officer Templeton Religion Trust, Christopher Stewart. Ia menyoroti bagaimana kerja sama antara Institut Leimena dan pemerintah Indonesia telah menginspirasi negara-negara ASEAN.
Menurut Stewart, pendekatan Literasi Keagamaan Lintas Budaya memiliki potensi besar dalam mengurangi ketegangan, menyelesaikan konflik, serta mencegah ekstremisme.
“Sebagaimana ASEAN menegaskan dalam visi 20 tahun ke depan untuk membangun kawasan yang lebih tangguh, inovatif, dinamis, dan berorientasi pada manusia, literasi keagamaan lintas budaya merupakan pendekatan yang dirancang dengan baik untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan kohesif secara sosial,” ungkap Stewart.
Sementara itu, Director International Center for Law and Religion Studies, Brigham Young University Law School, Brett Scharffs, menjelaskan bahwa literasi keagamaan lintas budaya telah berkembang jauh melampaui sekadar program pelatihan bagi guru di Indonesia. Program ini telah diakui secara global sebagai model keterlibatan yang jauh lebih mendalam.
“Model ini menunjukkan pendekatan nyata yang menghasilkan kerja sama yang bermakna antar komunitas yang berbeda. Hal utama yang ingin saya tekankan adalah betapa signifikannya literasi keagamaan lintas budaya yang dikembangkan di Indonesia, yang kini telah mendapat pengakuan luas,” ujar Brett Scharffs.
Pendekatan ini, lanjutnya, secara fundamental membangun kepercayaan sosial melalui upaya kolaborasi dan keterlibatan yang bermakna di antara komunitas yang beragam. Ia berharap visi dan nilai-nilai model ini dapat terus diperluas, tidak hanya di Indonesia dan ASEAN, tetapi juga ke berbagai belahan dunia.
Melalui konferensi ini, Kemendikdasmen bersama Institut Leimena menegaskan komitmen untuk memperkuat pendidikan yang menumbuhkan rasa saling percaya, menghargai keberagaman, serta membangun masyarakat Indonesia dan dunia yang rukun, inklusif, dan berkeadaban. Pendidikan diharapkan menjadi jembatan utama yang mendekatkan perbedaan, bukan memisahkan.
(dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
