PALEMBANG, NUSALY – Data harga pangan Sumsel terbaru menunjukkan sinyal yang kontradiktif, berpotensi menjebak Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Berdasarkan data harga eceran Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 28 September 2025, dari 23 komoditas, 11 komoditas turun, namun 10 komoditas kritis justru mengalami kenaikan.
Analisis NUSALY menemukan bahwa meskipun penurunan harga terjadi pada mayoritas komoditas, penurunan terdalam tersebut gagal mengkompensasi beban kenaikan pada 10 komoditas yang memiliki bobot pengeluaran rumah tangga yang jauh lebih besar.
Komoditas Cabai Merah Besar (CMB) mengalami penurunan harga paling dalam, anjlok Rp3.465 atau -6,05% per kilogram, menjadi Rp53.815/Kg. Namun, manfaat penurunan harga eceran ini langsung dinetralkan oleh lonjakan harga pada varietas yang sulit disubstitusi, yaitu Cabai Rawit Merah (CRM), yang naik +1,04% (Rp42.862/Kg).
Kontradiksi harga cabai ini mengindikasikan adanya disfungsi distribusi yang ekstrem di mana surplus pada satu varietas (CMB) tidak dapat menutupi kelangkaan varietas lain (CRM). Sebaran penuh dislokasi harga ini—mulai dari penurunan terdalam Cabai Merah Besar hingga kenaikan tertinggi Cabai Rawit Merah dan komoditas kritis lainnya—terlihat jelas dalam visualisasi berikut:
Perubahan Harga Pangan Eceran di Sumatera Selatan
Perbandingan Persentase Kenaikan dan Penurunan 23 Komoditas (28 September 2025)
**Keterangan:** Grafik ini menunjukkan persentase perubahan harga eceran harian (dibandingkan hari sebelumnya). Nilai positif (biru) berarti kenaikan, nilai negatif (merah) berarti penurunan.
**Sumber Data:** Badan Pangan Nasional (Bapanas) via panel harga pangan.
10 Kenaikan Kritis pada Komponen Pokok
Tekanan inflasi yang sebenarnya di Sumsel datang dari kenaikan harga yang konsisten pada 10 komoditas utama, termasuk komponen protein dan bumbu esensial, yang merupakan pilar anggaran rumah tangga.
Tabel 1. Komoditas Kritis Pendorong Kenaikan Harga (Sumsel, 28 September 2025)
Komoditas | Harga Eceran (Rp/Kg) | Perubahan Harian | Keterangan Risiko |
---|---|---|---|
Cabai Rawit Merah | 42.862 | +1,04% | Kenaikan Tertinggi, Pendorong Volatilitas |
Ikan Kembung | 37.679 | +0,71% | Kenaikan Protein Laut Tertinggi |
Ikan Bandeng | 28.365 | +0,52% | Komponen Protein |
Bawang Merah | 37.492 | +0,48% | Bumbu Masak Utama |
Ikan Tongkol | 28.333 | +0,47% | Komponen Protein |
Telur Ayam Ras | 27.708 | +0,31% | Protein Dapur Utama |
Kedelai Biji Kering (Impor) | 10.213 | +0,31% | Bahan Baku Tahu/Tempe |
Beras Premium | 14.773 | +0,17% | Pangan Pokok Strategis |
Daging Sapi Murni | 135.500 | +0,18% | Protein Daging |
Tepung Terigu (Curah) | 8.654 | +0,19% | Bahan Baku Industri Rumah Tangga |
Sumber: Analisis Data NUSALY.COM dari Bapanas, 28 September 2025.
Kenaikan harga yang merata pada enam sumber protein hewani/nabati (Ikan Kembung, Ikan Bandeng, Ikan Tongkol, Telur Ayam Ras, Daging Sapi Murni, dan Kedelai Impor) serta kenaikan harga Beras Premium mengindikasikan adanya tekanan biaya operasional yang meluas, baik dari sisi pakan ternak/ikan maupun logistik.
Rekomendasi Kebijakan: Intervensi Spesifik dan Audit Rantai Pasok
Fenomena dislokasi harga ini menuntut TPID Sumsel untuk mengalihkan fokus dari intervensi pasar yang bersifat umum. Penurunan harga yang dalam pada CMB (6,05%) tidak berarti keberhasilan pengendalian inflasi jika kenaikan pada komoditas strategis lainnya (seperti Beras dan Cabai Rawit Merah) terus terjadi.
"TPID harus segera melakukan audit rantai pasok varietas spesifik," ujar Wildan, Analis Jaringan Advokasi Gerakan Amanah (JAGA). "Fokus intervensi harus dialihkan ke titik pasok Cabai Rawit Merah dan memastikan stabilitas harga Beras Premium. Jika kenaikan pada 10 komoditas ini tidak ditangani, potensi inflasi bulanan Sumsel akan tetap tinggi, meski ada 'penawaran' harga pada Cabai Merah Besar." tutupnya. (dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.