LAHAT, NUSALY – Jarak ribuan kilometer antara ibu kota dan Kabupaten Lahat tidak mampu membendung gelombang duka dan kekecewaan. Pada Jumat malam, di tengah keramaian Simpang Empat Pasar Lematang, puluhan lilin menyala, memancarkan cahaya redup sebagai simbol kepedulian, harapan, dan solidaritas. Aksi ini digelar oleh Barisan Muda Jeme Kite Lahat dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lahat, bukan hanya sebagai ungkapan bela sungkawa, melainkan juga sebagai suara protes yang lantang.
Aksi solidaritas ini didedikasikan untuk mengenang tragedi yang menimpa Affan Kurniawan, pengemudi ojol yang meninggal dunia akibat dilindas kendaraan Brimob di Jakarta. Tragedi ini menjadi pemicu bagi mahasiswa dan pemuda di Lahat untuk turun ke jalan, menunjukkan bahwa penderitaan rakyat di pusat telah dirasakan hingga ke daerah.
Suara dari Daerah: Aparat Harus Lebih Manusiawi
Mengawali sambutannya, Ketua Barisan Muda Jeme Kite Lahat, Abdul Gopar, menegaskan bahwa aksi ini bukan hanya wujud duka cita, tetapi juga sebuah seruan tegas. “Aksi ini bukan hanya wujud duka cita, tetapi juga suara bersama masyarakat Lahat agar aparat lebih mengedepankan nilai kemanusiaan,” ujar Gopar.
Dalam pernyataan sikap resminya, mereka menuntut agar aparat tidak lagi bersikap represif terhadap demonstran. “Kami menuntut aparat untuk lebih humanis, tidak represif terhadap demonstran, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang,” demikian pernyataan sikap yang disampaikan. Tuntutan ini menggarisbawahi kegagalan aparat dalam menjalankan tugasnya sebagai pengayom masyarakat, memilih jalan kekerasan alih-alih dialog.
“Indonesia Tidak Baik-Baik Saja Sekarang”
Sorotan yang lebih tajam datang dari orasi Sritama Izza Al Zahra dari HMI Cabang Lahat. Dengan nada penuh semangat, ia menghubungkan tragedi di Jakarta dengan kondisi nasional yang jauh dari ideal. “Kami mahasiswa dan pemuda dari daerah Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan ikut berduka Atas Kejadian Ojek Online ditabrak Mobil Barakuda Brimob,” seru Rara sapaan akrabnya.
Ia menambahkan bahwa insiden tersebut merupakan bagian dari serangkaian unjuk rasa yang terjadi di setiap daerah, yang dipicu oleh kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro-rakyat. “Pajak melambung tinggi di tengah masyarakat Indonesia sedang mengalami kesusahan. Indonesia dalam keadaan tidak baik-baik saja sekarang,” ucap Rara, menyoroti jurang antara kebijakan makro dan penderitaan ekonomi rakyat di tingkat akar rumput.
Orasi Rara menjadi cerminan bahwa kekecewaan publik terhadap pemerintah tidak hanya berpusat di ibu kota. Suara-suara dari daerah pun kini lantang menyuarakan permohonan agar para pemangku kekuasaan lebih bijak dan peka terhadap kebutuhan rakyat.
“Sekali lagi kami dari daerah menyuarakan untuk perbaikan Indonesia. Agar pemerintah lebih bijak dalam memutuskan kebijakan apa yang menjadi kebutuhan rakyat sekarang,” tutupnya.
Aksi yang diakhiri dengan doa bersama dan penyalaan puluhan lilin ini menjadi pengingat pahit bagi penguasa bahwa luka yang diakibatkan oleh arogansi dan kebijakan yang salah dapat dirasakan dan disuarakan dari pelosok mana pun di negeri ini. (ags)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.