Headline

Ironi Peringatan 80 Tahun Kemerdekaan di OKI: Kantor Desa Rusak, Tanpa Atribut Merah Putih

Meskipun masih difungsikan, kantor desa di Desa Sindang Sari, OKI, dalam kondisi tidak terawat selama 3 tahun. Warga mempertanyakan semangat kebangsaan di tengah pelayanan publik yang memprihatinkan.

Ironi Peringatan 80 Tahun Kemerdekaan di OKI: Kantor Desa Rusak, Tanpa Atribut Merah Putih
Kondisi Kantor Desa Sindang Sari, OKI yang diambil pada 6 Agustus 2025 lalu. Foto: Dok. Istimewa.

OGAN KOMERING ILIR, NUSALY – Di saat seluruh penjuru negeri bersiap menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan penuh suka cita, sebuah pemandangan kontras dan memilukan terjadi di Desa Sindang Sari, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Kantor desa yang seharusnya menjadi pusat pelayanan dan simbol kedaulatan, justru berada dalam kondisi rusak tak terawat, seolah luput dari perhatian. Laporan ini menjadi refleksi atas ironi semangat kemerdekaan yang tidak sepenuhnya hadir di tingkat paling dasar pemerintahan.

Kantor Desa yang Menjadi Saksi Bisu Kelalaian Tiga Tahun

Melalui foto dan video yang dikirimkan oleh warga yang identitasnya minta untuk dirahasiakan, terekam jelas kondisi kantor desa yang memprihatinkan. Atap yang hancur, plafon yang jebol, dan area sekitarnya yang dipenuhi rumput liar yang tumbuh cukup tinggi menjadi pemandangan sehari-hari warga. Menurut pengakuan narasumber, kondisi ini sudah berlangsung selama kurang lebih tiga tahun dan semakin memburuk dari waktu ke waktu, meskipun gedung tersebut masih difungsikan untuk melayani masyarakat.

Di momen yang seharusnya penuh semangat nasionalisme ini, ketiadaan atribut kemerdekaan seperti umbul-umbul di halaman kantor desa semakin memperparah kesan kelalaian. Bendera Merah Putih yang terpasang pun baru saja diganti oleh Kaur Desa kemarin, yang menurut warga, takkan terjadi jika bukan karena menjelang hari kemerdekaan.

Aspirasi Warga yang Berharap Perubahan dari Pejabat Daerah

Dalam upaya mencari solusi, warga yang bersangkutan mengaku pernah menyampaikan aspirasi ini kepada Wakil Bupati OKI. Namun, menurut pengakuannya, respons yang diterima justru mengecewakan.

“Saya sudah pernah sampaikan ini kepada Wabup, tapi beliau mengatakan itu urusan kepala desanya,” ungkap narasumber.

Pernyataan tersebut menyorot adanya dugaan kebuntuan birokrasi, di mana masalah yang sudah berlangsung menahun ini tidak kunjung mendapat penanganan.

Laporan ini menjadi ajakan bagi semua pihak untuk merenung: apakah kemerdekaan sejati sudah sepenuhnya sampai ke desa-desa, ketika simbol dan pusat pelayanannya sendiri berada dalam kondisi yang tidak layak? (dhi)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Exit mobile version