Banner Pemprov Sumsel Pemutihan Pajak

Headline

TNI AU Kaji Jet Tempur J-10 China, Kemenhan: Demi Perisai Trisula Nusantara

×

TNI AU Kaji Jet Tempur J-10 China, Kemenhan: Demi Perisai Trisula Nusantara

Sebarkan artikel ini

Menimbang Pilihan Alutsista Lanjutan, Antara Kelincahan Teknologi dan Keterbatasan Anggaran Pertahanan Indonesia

TNI AU Kaji Jet Tempur J-10 China, Kemenhan: Demi Perisai Trisula Nusantara
Jet tempur J-10 yang merupakan jet tempur multiperan. Dibuat oleh perusahaan Chengdu Aerospace Corporation di China. Foto: Dok. WIKIMEDIA COMMONS

JAKARTA, NUSALY — Wacana pengadaan 42 unit jet tempur J-10 buatan Chengdu, China, oleh Indonesia semakin menguat. Isu ini langsung direspons oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Kepala Biro Informasi Pertahanan (Infohan) Setjen Kemenhan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, menegaskan bahwa rencana tersebut masih dalam tahap pengkajian intensif oleh TNI Angkatan Udara (AU).

“Sementara untuk yang J-10 itu memang menjadi pengkajian TNI AU. Kita ingin platform-platform alutsista yang terbaik, yang memang bisa membantu kita untuk mewujudkan kebijakan saat ini,” kata Frega. Ia ditemui di Kantor Kemenhan, Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Menurutnya, setiap keputusan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tidak bisa dilakukan sembarangan. Setiap opsi harus dianalisis secara cermat. Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan kebutuhan strategis TNI AU dan kemampuan pertahanan Indonesia dalam jangka panjang. Pernyataan ini menunjukkan bahwa J-10, meskipun menjadi sorotan, hanyalah salah satu opsi dalam daftar panjang pertimbangan strategis pertahanan Indonesia.

Kelanjutan Visi Pertahanan Prabowo-Sjafrie

Frega menjelaskan bahwa arah kebijakan pertahanan Indonesia saat ini merupakan kelanjutan dari program yang digagas oleh Menteri Pertahanan sebelumnya, Prabowo Subianto. Program tersebut kini dilanjutkan oleh Menhan Sjafrie Sjamsoeddin. Salah satu fokus utama adalah memperkuat konsep Perisai Trisula Nusantara.

“Jadi, apa pun platform-nya pastinya adalah yang terbaik dan untuk menjamin kedaulatan wilayah serta keselamatan bangsa Indonesia bisa terjaga dengan utuh,” ujarnya. Konsep Perisai Trisula Nusantara ini menggarisbawahi pentingnya pertahanan yang kokoh di tiga matra: darat, laut, dan udara. Pengadaan alutsista baru, seperti jet tempur, adalah salah satu elemen kunci untuk mewujudkan konsep ini.

Baca juga  Pemprov Sumsel dan TNI AU Sepakati Penyelesaian Aset Lahan, Jalan Pembangunan Terbuka

Dengan demikian, pilihan untuk mengkaji J-10 bukan sekadar transaksi jual-beli. Ini adalah bagian dari strategi besar yang berkelanjutan. Kemenhan memastikan bahwa setiap alutsista yang akan dibeli harus secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanan dan selaras dengan visi jangka panjang yang telah ditetapkan.

Mengkaji Spesifikasi: Antara Harga dan Performa

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan Taufanto juga sempat mengungkapkan bahwa Indonesia tidak menutup kemungkinan membeli pesawat tempur J-10C. Asalkan, pesawat tersebut memenuhi kebutuhan dan kriteria teknis yang ditetapkan TNI. “Kalau memang kita evaluasi, pesawat ini bagus, ya memenuhi kriteria yang kita tetapkan, apalagi harganya murah, ya kenapa tidak,” kata Donny.

Wacana pembelian J-10C awalnya hanya sebatas rumor. Namun, isu ini menguat setelah Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono melakukan kunjungan ke sebuah pameran alutsista di China. Dalam pameran tersebut, pesawat tersebut ditawarkan langsung kepada Indonesia.

Melihat dari spesifikasinya, jet tempur J-10C memiliki beberapa keunggulan signifikan. Pertama, penggunaan radar Active Electronically Scanned Array (AESA). Radar ini mampu mendeteksi target dari jarak jauh dengan presisi tinggi. Ini memberi keuntungan taktis dalam pertempuran jarak menengah hingga jauh. Kedua, J-10C dipersenjatai dengan rudal PL-15. Rudal udara-ke-udara jarak jauh ini memungkinkan serangan dari luar jangkauan visual, sebuah kemampuan krusial di era perang modern.

Selain itu, J-10C memiliki desain lincah dan manuver gesit. Konfigurasi sayap canard-delta membuat pesawat ini sangat lincah, terutama dalam skenario pertempuran jarak dekat (dogfight). Kemampuan ini memberikan pilot keuntungan signifikan dalam pertempuran udara-ke-udara. Kombinasi antara teknologi radar canggih, senjata jarak jauh, dan kelincahan manuver membuat J-10C menjadi kandidat yang menarik bagi modernisasi TNI AU.

Baca juga  Sinergi Lintas Sektor: APP Group Dukung Operasi Modifikasi Cuaca, Lawan Karhutla di Jambi dan Sumsel

Analisis: Memadukan Kebutuhan Strategis dan Keterbatasan Anggaran

Rencana pengadaan jet tempur J-10 China mencerminkan realitas yang dihadapi banyak negara berkembang: bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan strategis dan keterbatasan anggaran. Meskipun Indonesia telah memiliki jet tempur canggih dari Prancis (Rafale) dan sedang menjajaki opsi F-15 dari AS, keberadaan J-10 menjadi alternatif yang menarik. Terutama dari segi biaya per unit dan biaya operasional.

Keputusan final untuk membeli J-10 akan menjadi cerminan dari kebijakan pertahanan yang pragmatis. Ini adalah upaya untuk membangun kekuatan udara yang efektif dan dapat diandalkan tanpa harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Jika J-10 benar-benar dipilih, ini akan melengkapi armada TNI AU. Ini juga akan memperkuat kemampuan pertahanan Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman.

Tantangan selanjutnya bagi pemerintah adalah memastikan alih teknologi dan pelatihan yang memadai. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan potensi jet tempur ini. Pada akhirnya, keberhasilan pengadaan alutsista tidak hanya diukur dari jumlah unit yang dibeli, tetapi juga dari seberapa efektif alutsista tersebut dapat diintegrasikan ke dalam sistem pertahanan nasional. (dhi)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.