Headline

Tragedi Sungai Musi, Harga Mahal Kerentanan Pekerja Migran di Pinggiran Kota

×

Tragedi Sungai Musi, Harga Mahal Kerentanan Pekerja Migran di Pinggiran Kota

Sebarkan artikel ini

Pegawai rumah makan, Siti Aisyah (32), hilang tenggelam di Sungai Musi Palembang. Ia diduga terpeleset saat mandi di pinggir sungai. Tragedi ini menyoroti kerentanan pekerja migran informal. Mereka terpaksa tinggal di permukiman marginal dengan akses sanitasi minim. Musibah ini adalah cerminan kegagalan sistem perlindungan sosial dan tata kota yang adil.

Tragedi Sungai Musi, Harga Mahal Kerentanan Pekerja Migran di Pinggiran Kota
Pencarian yang telah memasuki hari kedua, Jumat (3/10), dilakukan secara resmi oleh Basarnas Palembang dengan menerjunkan dua Unit Pencarian (SRU) dan rencana penyelaman. Foto: Dok. detik.com

PALEMBANG, NUSALY – Hilangnya Siti Aisyah (32), pegawai rumah makan, yang diduga tenggelam di Sungai Musi, Palembang, bukan sekadar laporan. Insiden di Lorong Gayam Tangga Buntung, Kelurahan 36 Ilir, Kecamatan Gandus, menyingkap realitas pahit. Oleh karena itu, kasus ini menunjukkan kerentanan pekerja migran urban yang baru meniti karier di kota besar.

Korban yang akrab disapa Pita, baru tiga hari mendapatkan pekerjaan setelah merantau dari rumah sejak Senin (29/9/2025). Menurut Kepala Kantor SAR Palembang Raymond Konstantin, korban diduga terpeleset saat mandi di pinggir sungai. Lokasi kejadian, kawasan Tangga Buntung, dikenal sebagai salah satu pemukiman padat yang berhadapan langsung dengan Sungai Musi, mengindikasikan minimnya fasilitas sanitasi yang layak.

Marginalisasi Kota dan Titik Nol Kerentanan Pekerja Migran

Tragedi ini menggarisbawahi bahwa mencari pekerjaan di kota, alih-alih memberikan jaminan hidup, justru menempatkan pekerja informal pada risiko lingkungan dan sosial yang tinggi. Siti Aisyah yang baru tiga hari bekerja, kemungkinan besar tinggal di kontrakan atau kamar sewa murah di dekat tempat kerja, memaksa ia menggunakan fasilitas umum atau bahkan pinggiran sungai untuk kebutuhan sanitasi dasar.

Ibu korban, Sudarmi, mengungkapkan bahwa anaknya berjanji akan pulang sebulan sekali setelah mendapatkan pekerjaan. Harapan keluarga ini terenggut cepat, hanya tiga hari setelah ia mulai bekerja. Kisah Pita mewakili ribuan pekerja muda lain yang datang ke Palembang, terperangkap dalam lingkungan hunian berisiko tinggi karena keterbatasan biaya. Lingkungan seperti Tangga Buntung menjadi simbol nyata kerentanan pekerja migran.

Baca juga  Pemprov Sumsel Buktikan Kesiapan, Sinergi Keamanan untuk Sukses Pornas Korpri XVII 2025

Dualisme Pencarian yang Mencerminkan Kerentanan Pekerja Migran

Pencarian yang telah memasuki hari kedua, Jumat (3/10), dilakukan secara resmi oleh Basarnas Palembang dengan menerjunkan dua Unit Pencarian (SRU) dan rencana penyelaman. Namun, di lokasi kejadian, terlihat kontras yang memprihatinkan: keluarga korban juga menyewa kapal jukung sendiri dan bahkan mendatangkan orang pintar yang dipercaya dapat memprediksi lokasi keberadaan korban.

Dualisme pencarian ini menjelaskan keputusasaan keluarga yang tidak hanya bergantung pada prosedur resmi. Keterlibatan pihak non-formal mengindikasikan adanya gap atau ketidakpercayaan pada kecepatan dan jangkauan upaya otoritas resmi. Harapan Ibu Sudarmi, yang sempat bermimpi anaknya pulang membawa baju baru sebelum kejadian, kini diwujudkan melalui upaya pencarian mandiri yang mahal dan berisiko.

Tuntutan Tata Kota Inklusif dan Perlindungan Kerentanan Pekerja Migran

Musibah Siti Aisyah menuntut akuntabilitas pemerintah daerah tidak hanya dalam penanganan bencana, tetapi juga dalam tata kota yang inklusif. Wilayah yang rentan seperti pinggiran Sungai Musi perlu mendapatkan perhatian serius terkait fasilitas publik dan sanitasi. Pekerja migran informal membutuhkan jaminan tempat tinggal layak yang jauh dari risiko lingkungan ekstrem.

Otoritas terkait harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi kota tidak menciptakan kantong-kantong marginal yang memaksa warganya, terutama pendatang baru, hidup dalam bahaya. Tragedi ini adalah alarm keras: kerentanan pekerja migran adalah masalah sistemik yang membutuhkan solusi kebijakan, bukan sekadar operasi pencarian. (desta)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.