Banner Pemprov Sumsel Pemutihan Pajak

Investigasi

Proyek Penahan Eceng Gondok di Sungai Komering Membusuk, Menjadi Saksi Bisu Pemborosan Dana Publik

×

Proyek Penahan Eceng Gondok di Sungai Komering Membusuk, Menjadi Saksi Bisu Pemborosan Dana Publik

Sebarkan artikel ini

Membuka Borok Proyek Raksasa yang Gagal, Menyisakan Sampah dan Derita Warga

MONUMEN KEGAGALAN RP 8,4 MILIAR
Pagar penahan eceng gondok (fiberglass trash boom) yang seharusnya terpasang di antara dua tiang beton tampak sudah hilang, menyisakan kawat baja yang putus dan tumpukan sampah yang semakin menggunung. Kondisi ini menjadi bukti nyata proyek yang tak berfungsi. Foto: Dok. Nusaly

Artikel ini merupakan investigasi Nusaly.com bersama MabesPresisi.com

Di tengah aliran Sungai Komering, di bawah tatapan jembatan penghubung yang telah diperbaiki, berdiri sepasang tiang beton yang lusuh dan tak terurus. Dikelilingi oleh hamparan lumpur, tumpukan sampah plastik yang menggunung, dan batang pohon raksasa yang tersangkut. Sebuah celah menganga di antara kedua tiang beton itu, tempat di mana seharusnya berdiri penahan gulma yang kokoh. Ini adalah monumen kegagalan. Simbol bisu dari sebuah proyek yang digagas untuk mengatasi masalah, namun kini justru menjadi masalah baru bagi warga di tepian sungai.

Proyek itu bernama “Penahan Eceng Gondok Sungai Komering”, dengan total anggaran yang luar biasa: Rp 8,4 miliar. Investigasi kami menemukan, janji besar dari proyek ini berujung pada kekecewaan yang tak ada habisnya.

Tragedi yang Memicu Proyek Miliaran

Kisah ini bermula pada Maret 2021. Aliran Sungai Komering yang deras, ditambah beban timbunan eceng gondok yang menggunung, merobohkan Jembatan Serigeni, akses penting bagi warga. Insiden ini memicu janji cepat dari pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir. Mereka berjanji tak hanya memperbaiki jembatan, tetapi juga membangun sebuah penahan permanen untuk mencegah eceng gondok merusak infrastruktur lain.

Janji itu kemudian diwujudkan melalui dua tender proyek yang berurutan. Tender pertama pada akhir tahun 2021 senilai Rp 4,95 miliar, diikuti tender kedua di tahun 2022 senilai Rp 3,465 miliar.

Total dana sebesar Rp 8,415 miliar dialokasikan untuk sebuah proyek yang diklaim akan menjadi solusi permanen.

Investigasi Membongkar Kontradiksi

Janji yang dikumandangkan oleh pejabat itu berbalik menjadi kontradiksi yang menyakitkan di lapangan. Tim investigasi kami mendapati, proyek yang seharusnya menjadi solusi itu justru hanya berdiri setengah hati. Foto yang kami dapatkan dari pertengahan September 2022 menunjukkan proyek baru sebatas pemasangan tiang pancang dan fondasi beton, sementara eceng gondok sudah mulai menumpuk di sekitarnya, menjebak sampah dan ranting pohon yang ikut terbawa arus.

Investigasi Membongkar Kontradiksi
Pemandangan dari pertengahan September 2022. Tiang-tiang pancang proyek penahan eceng gondok baru saja terpasang, namun gulma yang seharusnya dicegah sudah tampak memenuhi area di sekitarnya. Seolah sejak awal, proyek ini tidak pernah memiliki kesempatan untuk berhasil. Foto: Dok. SumselUpdate.com

Kondisi itu tak membaik. Laporan dari Juli 2023 mengungkapkan keluhan warga di Kelurahan Sukadana, yang berada di hilir proyek, tentang sungai yang kembali dipenuhi eceng gondok. Tumpukan gulma itu bahkan membentuk “pulau-pulau” yang mengganggu aktivitas dan menimbulkan bau tak sedap. Sebuah laporan menyebutkan, seorang warga bahkan mengeluh ada anak yang dipatuk ular yang berasal dari tumpukan eceng gondok.

Baca juga  Ketua Adat Bali di OKI Serahkan Senjata Api Rakitan, Dukung Wilayah Zero Senpi

Temuan investigasi kami juga menunjukkan, klaim pejabat mengenai penggunaan ekskavator amfibi untuk pembersihan dan perawatan rutin tidak pernah terjadi di lokasi proyek. Alat berat itu hanya terlihat di bagian hilir sungai, jauh dari area penahan yang seharusnya dirawat.

Penderitaan warga mencapai puncaknya saat kunjungan terbaru kami. Mereka tak lagi berharap proyek itu diperbaiki, melainkan meminta tiang-tiang beton yang tak berguna itu dicabut.

“Kalau cuma buat nyangkut sampah, mending dicabut saja tiang-tiangnya,” ujar seorang warga, menggemakan kekecewaan kolektif.

Kini, pada kunjungan terbaru kami, fakta yang kami temukan jauh lebih parah. Proyek itu tak hanya tak terawat, tetapi juga telah cacat permanen. Bagian vital yang seharusnya menahan eceng gondok—yakni fiberglass trash boom—kini hilang, meninggalkan celah menganga di antara tiang-tiang beton. Yang tersisa hanyalah tumpukan beton yang kini menjadi sarang sampah dan gulma.

Bagaimana proyek yang digagas untuk mengatasi masalah ini justru menguntungkan mereka yang diuntungkan, sementara kerugian pada warga dan lingkungan terus berlanjut?

Dari keresahan tersebut, tim investigasi kami menghadirkan laporan mendalam tentang proyek “Penahan Eceng Gondok Sungai Komering”. Rangkaian reportase ini akan mengungkap fakta-fakta di balik pemborosan dana dan akuntabilitas yang hilang.

Nantikan kelanjutan laporan ini di bagian kedua: Proyek Rp 8,4 Miliar Terjerat Lelang Janggal dan Janji Palsu. (dhi)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.