Headline

Munas SWI 2026: Menguji Peran Pers dalam Konservasi dan Kedaulatan Desa

Musyawarah Nasional Sekber Wartawan Indonesia (SWI) 2026 di Desa Banyuanyar, Boyolali, akan melibatkan 10.000 relawan dalam aksi peduli lingkungan. Agenda ini menjadi momentum penguatan kedaulatan ekonomi desa melalui perlindungan hak kekayaan intelektual dan wisata edukasi berbasis kopi.

Munas SWI 2026: Menguji Peran Pers dalam Konservasi dan Kedaulatan Desa
Ketua Panitia Munas SWI 2026, Prof. Dr. Ir. Supiyat Nasir, M.B.A, melakukan kunjungan lapangan Desa Banyuanyar pada Jumat (12/12/2025). (Dok. SWI)

BOYOLALI, NUSALY — Peran organisasi profesi wartawan kini tidak lagi terbatas pada ruang-ruang redaksi dan advokasi kebebasan pers. Musyawarah Nasional (Munas) Sekber Wartawan Indonesia (SWI) yang dijadwalkan berlangsung pada Mei 2026 di Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mencoba mengintegrasikan agenda internal profesi dengan aksi nyata di tingkat tapak: pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi perdesaan.

Langkah awal persiapan perhelatan besar tersebut dilakukan melalui kunjungan lapangan oleh Ketua Panitia Munas SWI 2026, Prof. Dr. Ir. Supiyat Nasir, M.B.A, pada Jumat (12/12/2025).

Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Desa Banyuanyar sebagai lokasi pusat kegiatan peduli lingkungan yang direncanakan melibatkan sedikitnya 10.000 relawan dari berbagai penjuru tanah air.

“Kami melihat Desa Banyuanyar memiliki kesiapan yang luar biasa, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mentalitas masyarakatnya dalam menyambut gerakan lingkungan berskala nasional,” ujar Prof. Dr. Ir. Supiyat Nasir saat meninjau Desa Wisata Kampus Kopi Banyuanyar.

Dipilihnya Desa Banyuanyar sebagai lokasi utama Munas memberikan pesan kuat mengenai pentingnya keberpihakan pada pembangunan dari pinggiran.

Desa yang terletak di koridor strategis antara Solo dan Semarang ini menjadi representasi bagaimana kepemimpinan visioner di tingkat lokal mampu mengubah tantangan menjadi peluang ekonomi berkelanjutan.

Transformasi dan Kedaulatan Intelektual

Keberhasilan Desa Banyuanyar menjadi potret perubahan yang bermartabat. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Komarudin, wilayah yang sebelumnya minim fasilitas ini kini bertransformasi menjadi desa mandiri dengan berbagai unit usaha produktif.

Salah satu ikon transformasinya adalah Resto Kampus Kopi Banyuanyar, sebuah pusat aktivitas ekonomi yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat.

Secara sistemik, apa yang dilakukan Desa Banyuanyar melampaui sekadar pembangunan fisik. Desa ini telah menancapkan fondasi kedaulatan budayanya melalui pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk motif batik asli desa, yakni Sekar Puspa Kawruh Jati.

Motif yang memadukan filosofi keris dan tanaman kopi ini bukan sekadar pola kain, melainkan perlindungan hukum terhadap identitas dan kekayaan intelektual masyarakat desa.

Dalam konteks nasional, kesadaran perlindungan HKI di tingkat perdesaan masih menjadi tantangan besar.

Data Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) seringkali menyoroti banyaknya potensi indikasi geografis dan pengetahuan tradisional di daerah yang rentan diklaim oleh pihak luar.

Langkah strategis Desa Banyuanyar ini menjadi rujukan penting bagi desa-desa lain di Indonesia untuk membentengi potensi lokalnya dengan kepastian hukum.

Komitmen Ekologis di Lereng Merbabu

Program Peduli Lingkungan yang diusung dalam Munas SWI 2026 merupakan respons terhadap tantangan krisis iklim yang semakin nyata dampaknya bagi masyarakat agraris.

Mobilisasi 10.000 relawan diharapkan mampu memberikan dampak masif, terutama dalam memperkuat daya dukung lingkungan di wilayah lereng Gunung Merbabu dan sekitarnya.

Keterlibatan organisasi wartawan dalam aksi ekologis berskala besar ini menguji sejauh mana fungsi pers sebagai pilar demokrasi dapat diterjemahkan menjadi aksi sosial yang konkret.

Prof. Supiyat Nasir menekankan bahwa sinergi antara pers dan masyarakat perdesaan sangat krusial untuk membangun ketahanan lingkungan yang berbasis kearifan lokal.

Kepala Desa Banyuanyar, Komarudin, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan SWI menjadikan wilayahnya sebagai tuan rumah.

Bagi pemerintah desa setempat, kehadiran ribuan relawan dan jurnalis pada 2026 mendatang bukan sekadar beban logistik, melainkan peluang untuk mempromosikan model pembangunan desa wisata edukasi ke tingkat nasional.

Membangun Kemandirian dari Tapak

Optimisme yang tumbuh di Banyuanyar bukan tanpa landasan data. Keberhasilan desa wisata di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir membuktikan bahwa perputaran ekonomi di tingkat perdesaan mampu menjadi bantalan ekonomi yang kuat saat terjadi guncangan global.

Dengan tujuh dukuh yang memiliki kesiapan infrastruktur dan kemandirian warga, Banyuanyar menjadi laboratorium hidup bagi para wartawan untuk melihat langsung hasil dari kegigihan dan inovasi kepemimpinan desa.

“Kami bangga bisa menjadi bagian dari gerakan besar ini. Desa Banyuanyar siap menjadi tuan rumah yang tidak hanya melayani secara akomodasi, tetapi juga terlibat aktif dalam setiap proses pelestarian lingkungan,” tegas Komarudin.

Munas SWI 2026 di Boyolali kelak diharapkan tidak hanya melahirkan keputusan-keputusan organisasi yang bersifat administratif, tetapi meninggalkan warisan (legacy) berupa aksi nyata penyehatan lingkungan.

Kunjungan persiapan pada Jumat malam tersebut menjadi titik tolak untuk memastikan bahwa setiap elemen kegiatan—mulai dari seminar profesi hingga aksi penanaman di lapangan—bermuara pada satu tujuan: memperkuat daya hidup masyarakat desa.

Pada akhirnya, gelaran Munas di “Kampus Kopi” ini akan menunjukkan bahwa kolaborasi antara kaum intelektual, praktisi media, dan penggerak desa merupakan kunci dalam menjawab tantangan zaman—baik dalam hal kemandirian ekonomi maupun kelestarian bumi. **

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Exit mobile version