KAYUAGUNG, NUSALY — Kerentanan hidrologi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), khususnya di kawasan dataran rendah yang dipengaruhi dinamika pasang surut air laut, menuntut solusi struktural yang mendesak. Dua desa di Kecamatan Sungai Menang, Gajah Mukti dan Gajah Mulya, kembali terendam banjir selama lima hari berturut-turut hingga Sabtu (13/12/2025), menggarisbawahi urgensi intervensi permanen terhadap sistem drainase regional.
Camat Sungai Menang, Hj. Eka Mardiah, S.T., menegaskan bahwa meskipun ketinggian air di permukaan rata-rata hanya di atas mata kaki, genangan air telah melumpuhkan aktivitas harian seluruh warga, termasuk menghambat akses di jalan-jalan pemukiman. Dampak yang meluas ini mendorong pemerintah kecamatan tidak hanya fokus pada penanganan darurat, tetapi juga mendorong percepatan solusi mitigasi jangka panjang.
“Pihak kita kecamatan bersama dengan TNI dan Polri telah melakukan peninjauan langsung. Kami melihat dampak ini bukan lagi hanya karena hujan, tetapi karena tingginya debit air Sungai Mesuji yang bertemu dengan pasang laut,” ungkap Camat Eka.
Simpul Mesuji yang Tersumbat
Banjir yang melanda Gajah Mukti dan Gajah Mulya adalah manifestasi dari kegagalan sistem pembuangan air di kawasan rawa pesisir. Fenomena ini bersifat sistemik, melibatkan tiga variabel utama: peningkatan curah hujan, pasang surut air laut yang menahan aliran, dan pendangkalan kanal/Sungai Mesuji.
Dalam konteks OKI, Sungai Mesuji berperan sebagai arteri utama yang mengalirkan kelebihan air dari kawasan rawa. Ketika kanal dan anak sungai yang terhubung ke Mesuji mengalami penyempitan dan pendangkalan, air tidak dapat mengalir cepat. Debit air yang tinggi lantas meluap ke permukiman, terutama di desa-desa yang berada di level dataran rendah. Masalah ini memerlukan pendekatan multi-tahun yang terpusat pada pemulihan kapasitas sungai.
Proposal Normalisasi sebagai Solusi Krusial
Menyadari keterbatasan penanganan darurat, Pemerintah Kecamatan Sungai Menang telah mengambil langkah strategis dengan mengajukan proposal teknis kepada Dinas Sosial terkait untuk program cuci kanal atau normalisasi.
“Kita telah mengajukan proposal ke Dinas Sosial untuk cuci kanal. Saat ini untuk kondisi Sungai Mesuji debit airnya tinggi,” kata Camat.
Normalisasi kanal merujuk pada pengerukan sedimen lumpur dan pelebaran penampang kanal yang sudah menyempit, tujuannya adalah memulihkan kapasitas awal kanal agar mampu menampung volume air lebih besar dan mempercepat laju aliran ke laut. Keberhasilan program ini merupakan kunci untuk memutus siklus banjir yang mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat Sungai Menang.
Secara teknis, normalisasi harus diikuti dengan pembangunan infrastruktur penunjang seperti tanggul peninggi atau pintu air. Proyek berskala besar ini membutuhkan alokasi anggaran yang signifikan dan koordinasi antar-dinas.
Dampak Humanis dan Respons Kolektif di Tengah Genangan
Meskipun Camat Eka Mardiah meyakinkan bahwa pihak kecamatan dan TNI/Polri masih mampu mengatasi dampak banjir, dimensi kemanusiaan tetap menjadi perhatian utama. Genangan air setinggi mata kaki selama lima hari menimbulkan risiko kesehatan, sanitasi, dan kesulitan mobilitas bagi ribuan warga yang terdampak.
Sebagai upaya mitigasi berbasis komunitas, Camat juga menyampaikan himbauan agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi kenaikan air lebih lanjut. Warga diimbau untuk memindahkan barang-barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang lebih tinggi, sebuah langkah adaptasi yang dilakukan masyarakat pesisir selama turun-temurun.
Intervensi struktural yang didorong oleh pemerintah kecamatan ini menjadi harapan utama. Program normalisasi Mesuji tidak hanya tentang perbaikan infrastruktur, tetapi juga tentang penguatan ketahanan hidup masyarakat OKI di tengah tantangan iklim dan hidrologi pesisir.
(dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
