Scroll untuk baca artikel
banner Pemkab OKI
Example floating
Example floating
Pemprov Sumsel 728x250

Pemkab Muba 1000x250

PT Sampoerna Agro Tbk
KabarNusa

Bulog Sumsel-Babel Bantah Tolak Panen Petani OKI, Jelaskan Penundaan Akibat Keterbatasan Dryer

×

Bulog Sumsel-Babel Bantah Tolak Panen Petani OKI, Jelaskan Penundaan Akibat Keterbatasan Dryer

Share this article

Kapasitas Pengering Terbatas Jadi Kendala Sementara, Bulog Terapkan Sistem Jemput Bola dengan Harga Sesuai HPP.

Bulog Sumsel-Babel Bantah Tolak Panen Petani OKI, Jelaskan Penundaan Akibat Keterbatasan Dryer
Bulog Sumsel-Babel Bantah Tolak Panen Petani OKI, Jelaskan Penundaan Akibat Keterbatasan Dryer. Foto: dok. suarapublik.id

Palembang, NUSALYBadan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Sumsel-Babel) mengeluarkan pernyataan resmi untuk meluruskan informasi yang beredar terkait dugaan penolakan hasil panen milik petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan. Melalui pimpinannya, Bulog menegaskan bahwa pihaknya tidak melakukan penolakan, melainkan hanya terjadi penundaan pengambilan sebagian hasil panen selama 1 hingga 2 hari akibat keterbatasan kapasitas mesin pengering (dryer) yang tersedia.

Kepala Kanwil Bulog Sumsel Babel, Heriswan, menjelaskan secara rinci duduk permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Ia menekankan bahwa Bulog memiliki komitmen yang kuat untuk menyerap hasil panen petani sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, pada saat panen raya seperti saat ini, volume gabah yang dihasilkan oleh petani seringkali melebihi kapasitas pengering yang dimiliki oleh Bulog maupun mitra kerjasamanya.

sidomuncul

“Saya jelaskan, bukan kami menolak hasil panen petani. Jadi begini, pada saat panen raya, volume panen yang dihasilkan oleh petani bisa sangat besar. Sementara itu, kapasitas dryer yang ada di sekitar wilayah kerja Bulog, baik yang kami miliki sendiri maupun yang kami sewa dari mitra, itu terbatas. Misalnya, dalam satu hari, petani bisa panen sebanyak 2.000 ton gabah, sementara kemampuan dryer kami hanya 1.500 ton. Jadi, yang 500 ton sisanya itu terpaksa ditunda pengambilannya, bukan ditolak, karena dryer-nya sudah penuh,” ujar Heriswan saat memberikan keterangan pers pada Kamis, 10 April 2025.

Keterbatasan Dryer Jadi Kendala Teknis Sementara

Heriswan mengakui bahwa keterbatasan mesin pengering menjadi kendala teknis yang tidak dapat dihindari, terutama pada saat puncak panen. Bulog tidak memiliki kemampuan untuk mengeringkan seluruh hasil panen petani secara bersamaan dalam satu hari. Oleh karena itu, pihaknya terpaksa mengatur jadwal pengambilan dan pengeringan hasil panen agar prosesnya dapat berjalan lancar dan kualitas gabah tetap terjaga.

“Bulog tidak pernah memiliki niatan untuk menolak hasil panen petani. Kami sangat memahami betapa pentingnya hasil panen ini bagi perekonomian petani. Penundaan yang terjadi semata-mata karena adanya keterbatasan dryer yang tidak bisa memenuhi semua hasil panen sekaligus. Makanya, kami atur jadwal pengambilan hasil panen secara bertahap. Penundaannya pun tidak lama, petani hanya perlu menunggu sekitar 1 hingga 2 hari saja,” jelasnya.

Heriswan menambahkan bahwa setelah melalui proses pengeringan, kualitas gabah akan kembali normal dan siap untuk digiling menjadi beras. Proses pengeringan sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 20 jam untuk gabah kering giling. Oleh karena itu, pengaturan jadwal menjadi sangat penting untuk memastikan efisiensi dan kualitas hasil panen.

Mekanisme Jemput Bola untuk Memudahkan Petani

Lebih lanjut, Heriswan menjelaskan mengenai mekanisme pembelian gabah dari petani yang diterapkan oleh Bulog saat ini. Pihaknya tidak lagi menerapkan sistem di mana petani harus mengantarkan sendiri hasil panennya ke gudang Bulog. Sebaliknya, Bulog kini menerapkan sistem jemput bola, di mana petugas Bulog akan langsung mendatangi petani untuk mengambil gabah yang akan dibeli.

“Untuk mekanismenya sendiri, saat ini kami menerapkan sistem jemput bola. Jadi, kami yang aktif mendatangi petani untuk mengambil gabah yang akan kami beli. Gabah ini kami beli dengan harga Rp6.500 per kilogram, sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan. Sekarang, petani tidak perlu lagi repot-repot mengantarkan gabahnya ke gudang Bulog. Mereka cukup menyiapkan gabahnya di pinggir sawah, nanti petugas kami yang akan menaikkannya ke truk pengangkut,” jelas Heriswan.

Sistem jemput bola ini diharapkan dapat memudahkan petani dalam menjual hasil panennya kepada Bulog, mengurangi biaya transportasi, dan mempercepat proses penyerapan gabah. Dengan demikian, petani dapat segera mendapatkan pembayaran atas hasil panennya dan Bulog pun dapat lebih efektif dalam mengamankan stok pangan nasional.

Rencana Penambahan Gudang di Kabupaten OKI

Dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas penampungan hasil panen petani di Kabupaten OKI, Bulog juga memiliki rencana untuk menambah gudang di wilayah tersebut. Heriswan mengungkapkan bahwa pihaknya akan memanfaatkan gudang-gudang milik swasta yang ada di OKI sebagai tempat penampungan sementara hasil panen petani, terutama jika gudang-gudang milik Bulog sudah penuh.

“Adapun usulan penambahan gudang di OKI, kami sudah mempertimbangkannya. Jika memang gudang Bulog sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung seluruh hasil panen, maka kami akan menggunakan gudang-gudang milik swasta yang akan kami sewa sebagai tempat penampungan sementara hasil panen yang ada di Sumatra Selatan, khususnya di wilayah OKI yang merupakan salah satu sentra produksi padi terbesar,” ungkapnya.

Langkah ini diharapkan dapat mengatasi masalah keterbatasan kapasitas penyimpanan yang seringkali dihadapi pada saat panen raya, sehingga Bulog dapat menyerap lebih banyak hasil panen petani dan meminimalisir potensi kerugian bagi petani akibat harga yang anjlok saat panen melimpah.

Target Penyerapan Gabah Petani

Lebih lanjut, Heriswan menyebutkan bahwa Bulog menargetkan untuk dapat menyerap sekitar 30 persen dari total produksi gabah petani yang ada di wilayah Sumsel-Babel. Pihaknya juga menyadari bahwa para mitra dan pelaku usaha lainnya di bidang perberasan juga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pasar masing-masing.

“Para mitra dan pelaku usaha di bidang perberasan juga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pasar masing-masing. Jadi, Bulog tidak mungkin menyerap seluruh hasil panen petani. Namun, kami tetap berupaya semaksimal mungkin untuk menyerap hasil panen petani sesuai dengan kemampuan kami dan regulasi yang berlaku,” ucap Heriswan.

Dengan adanya klarifikasi ini, diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman di kalangan petani terkait dugaan penolakan hasil panen oleh Bulog. Bulog Sumsel-Babel berkomitmen untuk terus mendukung petani dan menjaga stabilitas harga pangan di wilayah tersebut melalui berbagai upaya dan program yang telah dirancang. (desta)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.