KabarNusa

Harga Karet di Tingkat Petani OKI Fluktuatif: Sempat Tembus Rp13.450 per Kg, Curah Hujan Pengaruhi Produksi

Dinas Perkebunan Catat Harga Karet KKK 100 Persen Mencapai Rp28 Ribu per Kg, Petani Lebih Banyak Jual KKK Rendah ke UPPB Desa

Harga Karet di Tingkat Petani OKI Fluktuatif: Sempat Tembus Rp13.450 per Kg, Curah Hujan Pengaruhi Produksi
Harga Karet di Tingkat Petani OKI Fluktuatif: Sempat Tembus Rp13.450 per Kg, Curah Hujan Pengaruhi Produksi. Ilustrasi Foto: Dok. Kementan RI

Ogan Komering Ilir, NUSALYKomoditi karet merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat di sejumlah kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Fluktuasi harga karet di pasar global maupun lokal selalu menjadi perhatian serius bagi para petani yang sangat bergantung pada komoditas ini. Saat ini, harga karet di tingkat petani di beberapa wilayah OKI tercatat tembus Rp13.450 per Kilogram.

Namun, harga Rp13.450 per Kg ini dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Sebelumnya, harga karet di tingkat petani sempat berada di angka Rp16.450 per Kg, sehingga terjadi penurunan harga senilai Rp3.000 per Kg.

“Harga karet sekarang ini Rp13.450 per Kg,” kata Abduloh Faeq, salah seorang petani karet di Desa Bumi Arjo, Kecamatan Lempuing Jaya, OKI, saat dihubungi pada Selasa (22/4/2025).

Ia menjelaskan, harga ini sudah berlaku sejak tanggal 15 April 2025 kemarin, dan biasanya harga karet di tingkat petani berlaku per dua minggu sekali, mengikuti perkembangan pasar dan kebijakan pengepul atau Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) di desa.

Abduloh Faeq juga menjelaskan bahwa harga karet senilai Rp13.450 per Kg yang ia sebutkan memang bukan untuk karet dengan Kadar Karet Kering (KKK) 100 persen. Harga tersebut berlaku untuk karet dengan KKK yang lebih rendah, berkisar antara 50 hingga 60 persen.

“Memang harga karet di tingkat petani biasanya tidak setinggi kalau KKK-nya 100 persen,” ujarnya, merujuk pada perbedaan harga berdasarkan kualitas atau tingkat kekeringan getah karet.

Produksi Menurun Akibat Curah Hujan Tinggi

Selain persoalan harga yang fluktuatif, para petani karet belakangan ini juga dihadapkan pada tantangan alam, yaitu seringnya terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Curah hujan yang tinggi secara langsung mempengaruhi aktivitas penyadapan getah karet, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan produksi.

“Belakangan ini sering hujan, jadi untuk produksi karet sedikit menurun,” lanjut Faeq.

Ia menjelaskan, penyadapan getah karet hanya bisa dilakukan saat kondisi cuaca cerah atau tidak hujan. Jika hujan turun di pagi hari, waktu yang tersedia untuk menyadap karet menjadi berkurang secara signifikan.

“Kami untuk menyadap karet jelas menunggu hujan reda atau berhenti. Jadi waktu untuk menyadap karet berkurang, dan hasilnya juga ikut berkurang dibandingkan saat musim kemarau atau cuaca stabil,” jelas Faeq, menggambarkan kesulitan para petani dalam mengoptimalkan produksi di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu.

Faeq mengungkapkan, untuk komoditi karet ini, sejumlah petani karet di Desa Bumi Arjo dan desa-desa tetangga di Kecamatan Lempuing Jaya umumnya menjual hasil sadapan mereka di unit pengolahan karet yang ada di desa.

“Karet-karet petani biasanya dikumpulkan per dua mingguan, lalu dijual bersama-sama ke UPPB. Sehingga hasilnya cukup banyak untuk dijual dalam sekali pengiriman,” ucapnya.

Harga Karet KKK Tinggi Capai Rp28 Ribu per Kg

Informasi mengenai harga karet juga disampaikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten OKI melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI, Dedy Kurniawan SSTP MSi, melalui Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan, Pengolahan dan Pemasaran, M Zulkarnain SP, memberikan data harga karet dengan kadar kering yang lebih tinggi.

“Harga karet untuk saat ini lumayan tinggi, yakni sebesar Rp28.038 per Kg,” kata M Zulkarnain SP.

Namun, ia menjelaskan, harga senilai itu adalah untuk karet dengan Kadar Karet Kering (KKK) 100 persen.

“Memang di tingkat petani sangat jarang sekali yang menghasilkan karet dengan kadar 100 persen KKK,” ujarnya, mengonfirmasi kondisi di lapangan.

Zulkarnain juga merinci harga karet untuk kadar kering di bawah 100 persen. “Harga karet kadar kering 70 persen senilai Rp19.627 per Kg, untuk kadar kering 60 persen senilai Rp16.823 per Kg,” ungkapnya.

Lalu, sambungnya, untuk harga karet dengan kadar kering 50 persen dihargai senilai Rp14.019 per Kg. Data dari Dinas Perkebunan ini menunjukkan bahwa harga karet dengan KKK yang sesuai dengan yang dijual petani (50-60%) memang berada di kisaran harga yang disebutkan oleh petani, namun dengan angka yang sedikit berbeda (Rp13.450 versi petani vs Rp14.019/Rp16.823 versi dinas, kemungkinan karena perbedaan waktu pembaruan data atau metode pengukuran).

Meskipun ada fluktuasi, Zulkarnain menyatakan bahwa harga karet di awal tahun 2025 ini secara umum terus mengalami kenaikan. Perkembangan positif harga ini menjadi kabar gembira bagi para petani karet.

“Sebenarnya untuk kenaikan harga karet di awal tahun ini sangat diinginkan dan dinantikan oleh masyarakat, khususnya petani karet di Kabupaten OKI. Karena dengan harga yang naik, pendapatan mereka jelas ikut naik juga, yang berpengaruh pada kesejahteraan keluarga,” sebutnya.

Dijelaskan Zulkarnain, komoditi karet di Kabupaten OKI memang tersebar di beberapa kecamatan yang menjadi sentra produksi karet, dan di sana memang banyak terdapat petani karet. Jadi, tahun ini menjadi awal yang baik untuk komoditi karet, meskipun tantangan seperti cuaca dan kualitas KKK tetap ada.

Masih dikatakan Zulkarnain, petani karet di Kabupaten OKI umumnya menjual hasil olahan karet rakyat (bokar) mereka ke beberapa Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang tersebar di desa-desa.

“UPPB sendiri tersebar di sejumlah kecamatan penghasil karet. Jadi para petani karet menjualnya ke sana,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya petani menjual karet melalui UPPB.

“Di UPPB, harganya sesuai dengan pasaran atau harga referensi pemerintah. Berbeda ketika menjual dengan tengkulak atau pengepul perorangan, di mana harga yang ditawarkan seringkali lebih murah dan tidak sesuai dengan harga pasaran yang seharusnya,” tegas Zulkarnain, mengedukasi petani mengenai keuntungan menjual melalui lembaga yang lebih terstruktur.

Fluktuasi harga, tantangan cuaca, dan pentingnya menjual melalui jalur yang tepat menjadi dinamika sehari-hari bagi para petani karet di OKI.

Meskipun ada penurunan harga dalam dua minggu terakhir di tingkat petani versi salah satu warga, data dinas menunjukkan tren kenaikan harga karet secara umum sejak awal tahun 2025 untuk berbagai level KKK. Hal ini memberikan secercah harapan bagi peningkatan pendapatan petani karet di masa mendatang. (puputzch)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Exit mobile version