Banner Pemprov Sumsel Pemutihan Pajak
NusaBisnis

Menguji Janji Kebebasan Baterai VinFast: Hitungan Untung Rugi Skema Sewa EV bagi Masyarakat Indonesia

×

Menguji Janji Kebebasan Baterai VinFast: Hitungan Untung Rugi Skema Sewa EV bagi Masyarakat Indonesia

Sebarkan artikel ini
Menguji Janji Kebebasan Baterai VinFast: Hitungan Untung Rugi Skema Sewa EV bagi Masyarakat Indonesia
Kapabilitas Manufaktur VinFast di fasilitas produksi Hai Phong, Vietnam. Skema sewa baterai perusahaan didukung oleh skala industri dan teknologi mutakhir yang menjamin kualitas baterai seumur hidup, menjadi kunci strategi VinFast di Indonesia. (DOK. VINFAST)

DI TENGAH optimisme Indonesia untuk menjadi pusat kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara, transisi energi masih dihantui oleh satu tantangan abadi: harga. Hambatan psikologis terbesar terletak pada baterai, komponen yang menguasai hampir separuh biaya total mobil. Di tengah perang harga global, VinFast, produsen otomotif asal Vietnam, tiba membawa model bisnis yang berani: langganan baterai. Pertanyaannya, apakah model ini benar-benar kunci untuk menghadirkan EV for Everyone, atau justru menciptakan kalkulasi biaya jangka panjang yang rumit bagi masyarakat Indonesia?

Transformasi kendaraan listrik di Indonesia adalah perlombaan antara ambisi kebijakan dan realitas pasar. Pemerintah telah meluncurkan berbagai insentif, dari potongan pajak hingga program konversi. Namun, data Kementerian Perhubungan per Agustus 2025 menunjukkan bahwa populasi EV roda empat masih berada di angka 150 ribu unit—jumlah yang relatif kecil dibandingkan 150 juta total kendaraan nasional.

Inilah ruang di mana VinFast menempatkan diri sebagai disruptor. VinFast Indonesia tidak sekadar menawarkan model VF 7 yang dirancang apik oleh Torino Design Italia; mereka menjual sebuah filosofi yang mengatasi kecemasan terbesar konsumen Indonesia: risiko dan biaya kepemilikan baterai.

Menjembatani Harga dan Menghapus Kecemasan

Mobil listrik secara inheren memiliki biaya awal (CAPEX) yang tinggi, sebagian besar disebabkan oleh paket baterai litium-ion yang mahal, mencakup 40 persen dari total harga kendaraan. Bagi sebagian besar konsumen Indonesia, harga tinggi ini—ditambah kekhawatiran tentang degradasi baterai, potensi kerusakan, dan biaya penggantian yang fantastis di masa depan—adalah alasan kuat untuk menunda transisi ke EV.

VinFast menyentuh inti masalah ini dengan memisahkan nilai baterai dari harga jual mobil.

“Filosofi kami berpusat pada pelanggan,” ujar Kariyanto Hardjosoemarto, CEO VinFast Indonesia.

“Kami ingin memastikan manfaat yang dirasakan konsumen tidak berhenti pada saat pembelian, tetapi terus berlanjut sepanjang kepemilikan. Sebagai pelopor model langganan baterai di Indonesia, kami ingin menghadirkan solusi finansial yang fleksibel sekaligus menegaskan komitmen jangka panjang kami terhadap transisi menuju era ramah lingkungan.”

Kutipan dari CEO VinFast Indonesia tersebut menegaskan bahwa model ini dirancang sebagai solusi finansial yang fleksibel. Secara konkret, skema langganan baterai memungkinkan konsumen membeli VF 7 (Eco atau Plus) dengan harga awal yang jauh lebih rendah, sementara baterai disewa dengan biaya bulanan terjangkau, yaitu Rp905 ribu untuk VF 7 Eco dan Rp1,03 juta untuk VF 7 Plus AWD.

Baca juga  Strategi Agresif VinFast Bangun Ekosistem EV dan Target 63.000 Charger di Indonesia

Skema sewa baterai ini secara efektif menawarkan tiga manfaat krusial yang meredam hambatan psikologis konsumen. Pertama, yang paling kasat mata adalah pengurangan biaya awal (down payment) pembelian mobil, yang memudahkan akses bagi segmen pasar kelas menengah. Ini adalah langkah paling nyata menuju slogan “EV for Everyone.”

Kedua, model ini menawarkan peace of mind melalui garansi seumur hidup. Risiko degradasi baterai—momok terbesar bagi pemilik EV—kini sepenuhnya ditanggung oleh produsen, mencakup penggantian gratis jika kapasitas daya turun di bawah 70 persen. Risiko perawatan yang mahal (risk transfer) berpindah dari pundak konsumen ke produsen.

Bukan hanya itu, VinFast memperkuat skema ini dengan menawarkan jaminan nilai jual kembali hingga 90 persen setelah enam bulan dan 70 persen setelah tiga tahun. Jaminan ini menstabilkan nilai kendaraan, sebuah kebijakan yang jarang ditemukan dan sangat berharga di industri otomotif. Strategi ini mengubah persepsi mobil listrik dari tren teknologi yang cepat usang menjadi investasi jangka panjang yang lebih terukur.

Menjembatani Harga dan Menghapus Kecemasan
Model VF 7 diperkenalkan di GIIAS Surabaya, menjadi ujung tombak VinFast Indonesia di pasar EV. Model ini hadir dengan skema sewa baterai yang dirancang untuk mengurangi biaya pembelian awal dan memicu percepatan adopsi kendaraan listrik massal. (DOK. VINFAST)

Kalkulasi Kritis: Beban Akumulatif Jangka Panjang

Meskipun model sewa baterai mengatasi biaya awal, keunikannya juga memunculkan tantangan dan memerlukan kalkulasi kritis dari sisi konsumen.

Model sewa baterai bekerja paling optimal jika konsumen adalah pengguna kendaraan yang intensif, sering bepergian, dan ingin memastikan biaya operasional dan perawatan baterai selalu terprediksi. Namun, bagi pengguna komuter perkotaan dengan jarak tempuh harian yang rendah, biaya sewa bulanan (Rp905 ribu hingga Rp1,03 juta) dalam jangka waktu panjang dapat menjadi beban akumulatif yang signifikan.

Jika diasumsikan seorang konsumen menyewa baterai selama 10 tahun—masa pakai standar sebuah mobil—biaya sewa total yang dikeluarkan bisa mencapai sekitar Rp108 juta hingga Rp123 juta (belum termasuk inflasi). Angka ini mendekati, atau bahkan melampaui, biaya paket baterai baru di pasaran saat ini.

Oleh karena itu, konsumen di Indonesia harus melakukan analisis Total Biaya Kepemilikan (Total Cost of Ownership – TCO) yang cermat. Secara sederhana, TCO Model Sewa menggabungkan harga mobil yang rendah dengan biaya sewa bulanan yang terakumulasi serta biaya pengisian daya. Sementara itu, TCO Model Penuh memerlukan biaya mobil yang tinggi di awal, namun terbebas dari biaya sewa, dengan potensi risiko penggantian baterai yang sepenuhnya ditanggung pemilik. Memahami perbandingan ini adalah kunci untuk menentukan model yang paling menguntungkan bagi profil penggunaan masing-masing konsumen.

Baca juga  Bukit Asam dan BRIN Cetak Sejarah, Konversi Batu Bara Menjadi Bahan Baku Baterai Lithium-ion Pertama di Dunia

Lebih dari Sekadar Mobil: Membangun Ekosistem Terpadu

Pendekatan VinFast menunjukkan bahwa percepatan adopsi EV di Indonesia tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada desain pengalaman pengguna yang membangun rasa aman dan nilai berkelanjutan.

Pendekatan ini memiliki dua aspek utama yang ditawarkan kepada konsumen. Aspek pertama adalah Integrasi Teknologi, di mana pembaruan perangkat lunak over-the-air (OTA) memastikan mobil selalu mendapatkan fitur keamanan dan kinerja terbaru. VF 7 bukan hanya kendaraan, melainkan perangkat bergerak yang terus berevolusi.

Aspek kedua yang melengkapi pengalaman pengguna adalah Jaringan Pengisian Daya V-GREEN. Layanan purna jual yang adaptif dan jaringan pengisian daya V-GREEN gratis memberikan kenyamanan yang sangat dibutuhkan, terutama mengingat infrastruktur pengisian daya publik (SPKLU) masih terbatas di luar kota-kota besar.

Dengan model yang menggabungkan inovasi teknologi dan model finansial adaptif, VinFast menunjukkan arah baru. Mereka menggeser fokus dari sekadar “menjual mobil” menjadi “membangun ekosistem” yang terintegrasi, aman, dan berkesinambungan bagi konsumen.

Tantangan Regulasi dan Harapan Masa Depan

Meskipun strategi VinFast sangat menjanjikan, pemerintah dan regulator Indonesia harus bersiap. Model sewa baterai memperkenalkan kompleksitas baru dalam regulasi kepemilikan aset dan perjanjian leasing. Kepastian hukum mengenai kepemilikan baterai, asuransi, dan prosedur penggantian baterai menjadi kunci agar model ini dapat tumbuh tanpa menimbulkan sengketa konsumen di kemudian hari.

Koordinasi lintas kementerian dan kepastian investasi juga diperlukan untuk memastikan bahwa ekosistem ini tumbuh merata, tidak hanya di Pulau Jawa. Peningkatan infrastruktur pengisian daya publik adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemerintah untuk mendukung setiap produsen EV.

Namun, satu hal jelas: VinFast Indonesia telah membuka dimensi perdebatan baru yang sehat dalam transisi hijau. Dengan model VF 7 dan skema sewa baterai, mereka telah menawarkan solusi praktis untuk menjembatani kesenjangan harga yang selama ini menjadi penghalang. Jika VinFast berhasil meyakinkan masyarakat bahwa biaya bulanan sewa baterai adalah investasi peace of mind—bukan sekadar beban—maka strategi ini dapat menjadi model penting bagi percepatan adopsi EV di Indonesia, sekaligus memastikan Indonesia menjadi pemain penting dalam menentukan arah masa depan transportasi berkelanjutan di kawasan.

(dhi)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.