Banner Pemprov Sumsel Pemutihan Pajak

Banner Pemkab OKI HUT RI 80

Banner Sampoerna Agro HUT RI 80

Banner Asisten III Setda OKI HUT RI 80
OKI Maju Bersama

Lestarikan Warisan Budaya, Pengrajin Songket OKI Dilatih Tenun Motif ‘Bidak Cukit’ Khas Daerah

×

Lestarikan Warisan Budaya, Pengrajin Songket OKI Dilatih Tenun Motif ‘Bidak Cukit’ Khas Daerah

Sebarkan artikel ini

Diinisiasi Dekranasda OKI dan Dibuka Bupati Muchendi, Pelatihan Ini Dorong Pengrajin Hasilkan Songket Berdesain Sederhana Namun Elegan, Siap untuk Pasar Luas dan Tren Fesyen Masa Kini.

Lestarikan Warisan Budaya, Pengrajin Songket OKI Dilatih Tenun Motif 'Bidak Cukit' Khas Daerah
Lestarikan Warisan Budaya, Pengrajin Songket OKI Dilatih Tenun Motif 'Bidak Cukit' Khas Daerah. Foto: Dok. Sumeks.co

KAYUAGUNG, NUSALY – Upaya pelestarian warisan budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal terus digalakkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Sebanyak 20 pengrajin songket dari berbagai desa, khususnya dari Kecamatan SP Padang, kini mengikuti pelatihan intensif di Pendopoan Kabupaten, Selasa (1/7/2025). Program ini secara khusus mengajarkan teknik menenun songket motif Bidak Cukit, sebuah motif tua yang diyakini sebagai ciri khas asli masyarakat OKI sejak dahulu kala.

Pelatihan ini dibuka langsung oleh Bupati OKI H. Muchendi Mahzareki, didampingi Ketua Dekranasda Kabupaten OKI Hj. Ike Meilina Muchendi, S.E., M.Si. Keduanya menunjukkan komitmen penuh terhadap upaya pelestarian budaya dan peningkatan kualitas produk songket daerah.

Ketua Dekranasda OKI, Ike Meiliani Muchendi, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan vital untuk melestarikan motif Bidak Cukit. Ia berharap, motif ini tidak hanya lestari, tetapi juga dapat menjadi motif khas Kabupaten OKI yang dikenal luas, bahkan bisa dipergunakan oleh masyarakat di luar OKI.

“Alhamdulillah, kita juga memiliki songket tua yang usianya hampir mencapai 100 tahun. Hari ini kita adakan pelatihan bagi para penenun di OKI untuk memproduksi songket tersebut, sehingga akan menjadi motif songket khas OKI yang terbaru,” jelas Ike saat diwawancarai awak media.

‘Bidak Cukit’: Simpel, Elegan, dan Cocok untuk Berbagai Acara

Diungkapkan Ike, motif Bidak Cukit pada masanya dulu merupakan kain songket eksklusif yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pelestarian motif ini kini juga menyertakan inovasi warna yang bervariasi, memungkinkan songket Bidak Cukit tetap relevan.

“Nantinya songket motif bidak cukit tetap ada warna klasik yang bisa dipakai formal, bukan hanya masyarakat OKI yang memakai atau menggunakannya tetapi juga masyarakat lain,” ungkapnya.

Baca juga  Tragedi Bus Minanga Express, Identitas Korban Terungkap, Sopir Bus Masih Buron

Lebih lanjut, Ike menerangkan bahwa dari sisi motif, Bidak Cukit tampil lebih sederhana dibandingkan songket Palembang pada umumnya. Ciri khasnya adalah tidak dipenuhi oleh benang emas yang dominan, menjadikannya pilihan ideal untuk pemakaian formal maupun semi-formal. “Kain ini lebih ringan dan mudah dipadukan dengan tren fesyen masa kini atau perkembangan zaman,” beber Ike, menyoroti fleksibilitas motif ini.

Pelatihan bagi para pengrajin songket ini dijadwalkan berlangsung selama 6 hari. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut, para pengrajin dapat menyerap ilmu dan teknik menenun motif Bidak Cukit dengan baik. Hasil dari pembuatan songket motif Bidak Cukit ini nantinya bahkan akan dipamerkan di Palembang pada bulan Agustus mendatang, membuka peluang pasar yang lebih luas.

Pengrajin Berpengalaman Sambut Antusias Motif Baru

Para pengrajin yang mengikuti pelatihan ini diketahui telah lama menekuni seni menenun songket. Mereka sebelumnya terbiasa membuat songket dengan motif Palembang dan kini diberikan kesempatan untuk mempelajari motif khas lain dari daerah mereka sendiri.

Salah satu pengrajin asal Desa Pematang Buluran, Nurmala, mengungkapkan antusiasmenya. “Kami sudah biasa buat songket tapi motif Palembang. Sepertinya motif Bidak Cukit khas OKI ini hampir sama,” ujarnya.

Ia menuturkan, menenun songket sudah menjadi tradisi turun-temurun di desanya, yang banyak ditekuni oleh remaja putri dan ibu-ibu. Selama ini, songket motif Palembang yang mereka buat biasa dijual dengan harga paling murah Rp1 juta, dan harga bisa lebih mahal tergantung bahan yang digunakan.

Dengan penguasaan motif Bidak Cukit, diharapkan para pengrajin dari Desa Pematang Buluran dan Pematang Kijang, Kecamatan SP Padang, akan memiliki potensi pasar yang semakin luas. Pembuatan songket motif Bidak Cukit dengan warna klasik juga akan memperkaya pilihan penggunaan, tidak hanya terbatas pada acara sakral saja, melainkan juga acara-acara formal lainnya. (puputzch)