Palembang, Nusaly.com – Malam penganugerahan Anugerah Batanghari Sembilan 2024 menjadi panggung kegemilangan bagi sineas-sineas Sumatera Selatan. Namun, di antara sorak sorai dan kilau piagam penghargaan, ada sekelompok anak muda dari Ogan Komering Ilir (OKI) yang merayakan kemenangan dengan rasa getir. Mereka adalah Layar Kajang OKI, komunitas perfilman yang baru saja menyabet penghargaan bergengsi sebagai pembuat film paling aktif dalam bidang kebudayaan.
Dua Sineas Muda, Sejuta Asa untuk Sinema OKI
Emil Irakusuma dan Eman Priyanto, dua pemuda dengan mata berbinar semangat, menjadi representasi Layar Kajang malam itu. Penghargaan yang mereka pegang bukan sekadar pengakuan atas kerja keras, tapi juga simbol perjuangan panjang mereka dalam menghidupkan sinema di tanah kelahiran.
“Penghargaan ini seperti oase di tengah gurun,” ucap Emil, suaranya serak tertahan. “Kami sudah lama berjuang, berkarya dengan segala keterbatasan. Rasanya seperti ada yang melihat, ada yang menghargai.”
Eman, dengan senyum lebarnya, menambahkan, “Ini adalah bukti bahwa anak muda OKI bisa berkarya di tingkat provinsi, bahkan nasional. Kami berharap ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk berani bermimpi dan berkarya.”
Layar Terkembang, Asa Membara
Layar Kajang OKI bukanlah sekadar komunitas perfilman biasa. Dibimbing oleh Antoni Wacktong dan Alvin Damar, komunitas ini menjadi wadah bagi anak-anak muda OKI yang memiliki passion di bidang sinema. Dengan semangat gotong royong dan kreativitas tanpa batas, Emil dan Eman telah menghasilkan 13 karya film pendek dan panjang secara independen.
Di bawah naungan Layar Kajang, Emil dan Eman juga mendirikan KAKI MEJA Production. Production house (PH) ini telah menorehkan prestasi gemilang di tingkat provinsi dan nasional. Di antaranya, menjadi finalis naskah terbaik mewakili Sumsel dari 4251 naskah film seluruh Indonesia dengan judul “Anak Gerabah” pada tahun 2021, serta meraih juara 3 nasional Festival Film Dokumenter yang diselenggarakan oleh KEMENDAGRI pada tahun 2022.
“Prestasi-prestasi ini adalah bukti bahwa kami serius dalam berkarya dan ingin membawa nama OKI ke kancah perfilman yang lebih luas,” tegas Emil.
“Target kami di tahun 2025 adalah menembus festival film internasional di Jepang dan Jerman. Mohon doa dan dukungannya,” tambahnya dengan penuh harap.
Anugerah Batanghari Sembilan: Apresiasi dan Tantangan bagi Seniman Sumsel
Anugerah Batanghari Sembilan, yang telah menjadi tradisi tahunan Pemprov Sumsel, memang menjadi angin segar bagi para seniman. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel, Aufa Syahrizal, menegaskan bahwa penghargaan ini adalah bentuk apresiasi tertinggi bagi seniman-seniman yang telah menghidupkan seni dan budaya Sumatera Selatan.
“Sumsel memiliki kekayaan seni dan budaya yang luar biasa. Anugerah ini adalah cara kami untuk merayakan dan mendorong semangat berkarya para seniman,” ujar Aufa.
Ia juga berharap penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi seniman yang mungkin sudah lama tidak berkarya untuk kembali aktif dan berkreasi.
Kabid Kebudayaan Disbudpar Sumsel sekaligus Ketua Pelaksana Kegiatan, Cahyo Sulistiyaningsih, menjelaskan bahwa Anugerah Batanghari Sembilan memiliki beberapa kategori, yaitu seni rupa, seni tari, seni sastra, seni film, seni teater, dan seni musik. “Kami ingin memberikan ruang apresiasi bagi seniman dari berbagai bidang,” katanya.
Sinema OKI: Potensi yang Terpendam, Menanti Sentuhan Pemkab
Potensi perfilman di OKI memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain memiliki sumber daya manusia yang kreatif, OKI juga memiliki kekayaan alam dan budaya yang bisa menjadi latar belakang cerita yang menarik. Namun, potensi ini belum sepenuhnya tergarap.
Salah satu kendala utama adalah kurangnya dukungan dari pemerintah daerah. Layar Kajang OKI kerap kesulitan mendapatkan akses ke fasilitas produksi film, seperti kamera, peralatan editing, dan studio. Mereka juga jarang dilibatkan dalam proyek-proyek perfilman yang digarap oleh pemerintah daerah.
“Kami berharap Pemkab OKI bisa lebih membuka mata dan melihat potensi perfilman di daerah ini,” ujar Eman. “Kami siap untuk diajak bekerja sama dan berkontribusi dalam memajukan perfilman OKI.” sambung Emil yang dikenal juga sebagai Konten Kreator Emil Ngemil ini.
Belajar dari Yogyakarta, Kota Sinema
Dr. (cand.) Rendy Pahlevi, S.Sos., M.Si., seorang ahli kebijakan publik, mengamini harapan Layar Kajang OKI. Menurutnya, Pemkab OKI perlu belajar dari daerah lain, seperti Yogyakarta, yang memiliki ekosistem perfilman yang kuat berkat dukungan penuh pemerintah.
“Yogyakarta punya Jogja Film Academy, festival film tahunan, dan berbagai program pembinaan sineas muda. Ini semua tidak akan terjadi tanpa dukungan pemerintah,” ujarnya.
Rendy berharap Anugerah Batanghari Sembilan 2024 menjadi titik awal bagi perubahan positif dalam perfilman OKI.
“Penghargaan ini adalah bukti bahwa OKI punya potensi besar. Sekarang, saatnya Pemkab OKI mengambil peran lebih aktif dalam mendukung sineas-sineas muda,” pungkasnya.
Menanti Dukungan Nyata dari Pemkab OKI
Malam semakin larut, piala Anugerah Batanghari Sembilan 2024 masih tergenggam erat di tangan Emil dan Eman. Mereka tahu, perjuangan belum usai. Layar telah terkembang, asa telah membara. Kini, saatnya sinema OKI mencari panggung yang lebih luas, dengan harapan dukungan dari pemerintah daerah akan semakin memperkuat langkah mereka.
Masyarakat OKI pun menanti. Akankah Pemkab OKI menangkap sinyal positif ini dan mulai memberikan dukungan nyata bagi perkembangan perfilman di daerahnya? Atau, akankah potensi besar ini terus terpendam dan terlupakan? Hanya waktu yang akan menjawabnya. (puputzch)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.