PALEMBANG, NUSALY.com – Menjelang Pilkada Serentak 2024, perdebatan mengenai pentingnya koalisi partai politik (parpol) dibandingkan koalisi rakyat menjadi salah satu topik hangat. Di tengah hiruk-pikuk politik, para pengamat dan masyarakat mulai mempertanyakan, mana yang lebih berpengaruh dalam menentukan pemenang: dukungan dari partai-partai politik atau keterhubungan langsung dengan rakyat?
Koalisi Parpol yang Menggoda
Dalam kontestasi politik, banyak calon kepala daerah yang tergoda untuk meraih dukungan dari sebanyak mungkin parpol. Dengan waktu pendaftaran calon yang semakin dekat, para calon bupati, walikota, dan gubernur di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera Selatan, berlomba-lomba meraih minimal 20% dukungan kursi di DPRD dari parpol untuk bisa lolos sebagai kandidat definitif. Bagi mereka, koalisi parpol dianggap sebagai jaminan utama untuk meraih kemenangan dalam Pilkada.
Namun, sejarah politik di Indonesia menunjukkan bahwa besarnya koalisi parpol tidak selalu menjamin kemenangan. Pilkada sebelumnya telah membuktikan bahwa koalisi besar sering kali gagal memberikan kemenangan kepada kandidat yang mereka dukung. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan kandidat untuk memahami dan merespons aspirasi rakyat secara langsung.
Bagindo Togar Butar Butar, seorang pengamat politik dan Direktur Eksekutif Forum Demokrasi Sriwijaya (Fordes), menyoroti bahwa banyak calon terlalu fokus pada jumlah dukungan parpol tanpa memperhitungkan hubungan mereka dengan rakyat. “Koalisi parpol memang penting, tapi tanpa dukungan rakyat yang solid, semua itu hanya ilusi,” tegas Bagindo.
Fantasi Politik yang Menjebak
Bagindo melanjutkan bahwa banyak calon kepala daerah terjebak dalam “fantasi politik”, di mana mereka percaya bahwa semakin banyak parpol yang mendukung, semakin besar peluang mereka untuk menang. Ini adalah pandangan yang keliru, karena tidak semua pendukung parpol otomatis akan memilih kandidat yang didukung oleh parpol tersebut. Apalagi jika kandidat tersebut tidak mampu merangkul rakyat dan memahami kebutuhan mereka.
Ketidakmampuan beberapa calon untuk memahami dinamika internal parpol, ditambah dengan kekuatan finansial yang besar dan hubungan spesial dengan elite parpol, sering kali membuat mereka berpikir bahwa dukungan parpol adalah satu-satunya kunci kemenangan. “Ini adalah kesalahan besar,” kata Bagindo. “Tanpa keterhubungan yang kuat dengan rakyat, dukungan parpol hanya akan menjadi angka kosong.”
Bagindo mengingatkan bahwa jumlah elite, aktivis, kader, dan simpatisan parpol tidak sebanding, apalagi linear, dengan jumlah pemilih. Artinya, jumlah pemilih jauh lebih banyak dibandingkan “mahluk parpol” tersebut. Ini menunjukkan bahwa fokus utama para calon haruslah pada rakyat, bukan semata-mata pada dukungan parpol.
Koalisi dengan Rakyat, Kunci Kemenangan Sejati
Menurut Bagindo, koalisi dengan rakyat adalah kunci kemenangan yang sejati dalam Pilkada. Dukungan dari parpol memang penting, tetapi tanpa keterlibatan langsung dengan masyarakat, pemahaman akan kebutuhan mereka, dan komunikasi yang efektif, kemenangan dalam Pilkada sulit untuk dicapai.
Di beberapa daerah, aksi “boyong” atau “borong” parpol semakin marak. Para calon mengandalkan kekuatan finansial mereka untuk meraih dukungan parpol, namun sering kali mereka melupakan satu elemen penting: rakyat. Bagindo menegaskan bahwa koalisi parpol takkan mampu menandingi, apalagi memberi garansi keunggulan, jika calon tersebut tidak mampu berkoalisi dengan rakyat.
Koalisi dengan rakyat berarti lebih dari sekadar mengumpulkan suara. Ini adalah tentang bagaimana calon kepala daerah dapat memahami aspirasi masyarakat, menyuarakan kepentingan mereka, dan memberikan solusi yang nyata. Kandidat yang mampu melakukan ini akan lebih mungkin memenangkan hati rakyat, dan pada akhirnya, memenangkan Pilkada.
Modal Intelektual, Moral, dan Kultural
Sayangnya, Bagindo mencatat bahwa banyak calon kepala daerah yang tidak memperkaya portofolio politik mereka dengan modal intelektual, moral, sosial spiritual, dan kultural. Mereka lebih mengutamakan pamer kekayaan dan bersekongkol dengan para juragan parpol, daripada menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh rakyat.
Bagindo menambahkan, “Pilkada bukan hanya tentang siapa yang memiliki uang paling banyak atau dukungan parpol terbanyak, tapi tentang siapa yang bisa menawarkan visi dan solusi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.”
Harapan Pilkada yang Bermartabat
Masyarakat Sumatera Selatan, seperti masyarakat di daerah lainnya, masih sangat menjunjung nilai-nilai spiritual, kultural, dan moral. Oleh karena itu, Bagindo berharap bahwa Pilkada Serentak 2024 tidak akan menjadi ajang pertarungan yang konyol, brutal, atau binal, tetapi akan menjadi kontestasi yang bermartabat.
Bagindo mengingatkan para calon bahwa rakyat adalah penentu utama dalam Pilkada. “Jika ingin menang, berkoalisilah dengan rakyat. Dengarkan mereka, pahami kebutuhan mereka, dan berikan solusi yang nyata. Itulah kunci kemenangan sejati dalam Pilkada,” tegas Bagindo.
Pilkada Serentak 2024 menjadi ajang pertarungan politik yang semakin memanas. Di tengah semangat yang membara, muncul ekspektasi berlebihan dan praktik-praktik yang tidak etis. Namun, kita semua berharap Pilkada ini dapat berjalan dengan bermartabat, mengedepankan nilai-nilai moral dan kultural, serta menghasilkan pemimpin yang berkualitas dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Bagindo Togar Butar Butar mengingatkan bahwa koalisi parpol mungkin penting, tetapi tanpa dukungan rakyat yang solid, kemenangan tetap berada dalam bayangan. Pemenang sejati dalam Pilkada adalah mereka yang mampu membangun koalisi dengan rakyat, bukan hanya mengandalkan kekuatan parpol. (dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.