Palembang, Nusaly.com – Genderang Pilkada serentak 2024 semakin nyaring terdengar. Tanggal 27 November 2024 menjadi penentu, namun persiapannya sudah dimulai sejak Agustus. Pendaftaran pasangan calon, penetapan, hingga kampanye, semuanya bergulir cepat. Namun, di tengah hiruk-pikuk ini, ada satu hal yang patut disoroti: visi dan misi.
Pencitraan vs. Substansi
Drs. Bagindo Togar Butar Butar, seorang pengamat politik kawakan, mengkritik tajam aktivitas para calon kepala daerah. Menurutnya, terlalu banyak pencitraan, penggiringan opini, dan janji-janji manis tanpa substansi. “Mereka terjebak dalam narasi normatif, seolah slogan adalah gagasan,” ujarnya.
Bagindo mengingatkan bahwa Pilkada bukan ajang kontes popularitas. Publik menuntut lebih dari sekadar pesona. “Saatnya mereka menyusun naskah akademik visi misi yang orisinal, bukan sekadar copy-paste,” tegasnya.
Skeptisisme Publik
Publik pun mulai skeptis. Janji-janji tanpa bukti nyata hanya akan menjadi bumerang. “Masyarakat sudah cerdas. Mereka ingin tahu solusi konkret, bukan sekadar retorika,” lanjut Bagindo.
Hal ini diperparah dengan minimnya persiapan para calon. “Seharusnya mereka sudah membentuk tim asistensi kampanye dan penyusunan visi misi yang mumpuni,” kritik mantan Ketua IKA FISIP Unsri ini.
Pilkada: Ujian Kepemimpinan
Bagindo mengibaratkan Pilkada seperti ujian program magister atau doktoral. “Calon kepala daerah harus mampu memaparkan gagasannya secara ilmiah, didukung data valid dan terupdate,” jelasnya.
Ini bukan sekadar formalitas. Visi misi yang kuat adalah kunci keberhasilan kepemimpinan. “Tanpa pemahaman mendalam tentang permasalahan dan solusi, bagaimana mereka bisa memimpin daerah?” tanya Bagindo retoris.
Direktur Eksekutif Forum Demokrasi Sriwijaya ini mengajak para calon kepala daerah untuk berbenah. “Hentikan aksi populis dan tebar pesona. Fokuslah pada substansi,” serunya.
Publik sudah bosan dengan politik pencitraan. Mereka menginginkan pemimpin yang kompeten, visioner, dan mampu membawa perubahan nyata.
Menelisik Persiapan Para Calon
Persiapan dalam Pilkada sangat menentukan. Mulai dari tim kampanye hingga strategi komunikasi, semua harus diperhatikan dengan cermat. Bagindo menekankan pentingnya penyusunan tim asistensi kampanye yang kompeten. “Tim ini harus mampu membantu calon dalam merumuskan visi misi yang realistis dan dapat diimplementasikan,” jelasnya.
Menurut Bagindo, calon yang tidak serius dalam menyusun visi misi akan kesulitan menghadapi pertanyaan publik yang kritis. “Masyarakat sekarang tidak mudah percaya. Mereka akan mengecek apakah janji-janji tersebut bisa direalisasikan,” tambahnya.
Tantangan di Lapangan
Tidak bisa dipungkiri, tantangan di lapangan juga mempengaruhi kualitas kampanye. Dari logistik hingga permasalahan teknis, semua perlu diantisipasi. “Kampanye bukan hanya soal pidato dan janji. Ini tentang bagaimana mereka bisa mengatasi masalah nyata di lapangan,” tegas Bagindo.
Bagindo juga menyoroti pentingnya data dan analisis dalam menyusun program kerja. “Data adalah fondasi. Tanpa data yang valid, program kerja akan menjadi retorika kosong,” ujarnya.
Menghadapi Kampanye Negatif
Salah satu isu yang sering muncul dalam setiap Pilkada adalah kampanye negatif. Bagindo mengingatkan para calon untuk tetap fokus pada visi misi mereka. “Jangan terpancing oleh kampanye negatif. Fokuslah pada apa yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya,” sarannya.
Menurutnya, publik lebih menghargai calon yang bisa menghadapi kritik dengan elegan dan tetap pada jalurnya. “Ini ujian kepemimpinan. Bagaimana mereka menghadapi tekanan dan tetap berpegang pada prinsip mereka,” jelasnya.
Membangun Kepercayaan Publik
Kepercayaan publik tidak dibangun dalam sehari. Butuh waktu dan konsistensi. Bagindo menekankan pentingnya transparansi dalam setiap langkah. “Calon harus bisa menunjukkan transparansi dalam visi misi mereka. Ini yang akan membangun kepercayaan publik,” ungkapnya.
Bagindo memberikan contoh visi misi yang baik. “Visi misi yang baik harus menjawab permasalahan nyata di masyarakat. Misalnya, bagaimana mereka akan mengatasi pengangguran, meningkatkan kualitas pendidikan, atau memperbaiki layanan kesehatan,” ujarnya.
Menurut Bagindo, visi misi yang jelas dan terukur akan lebih mudah diterima oleh publik. “Mereka ingin melihat langkah konkret, bukan sekadar janji manis,” tambahnya.
Mengapa Substansi Lebih Penting dari Pencitraan
Dalam Pilkada, substansi lebih penting dari pencitraan. Bagindo menekankan bahwa substansi adalah kunci untuk meraih kepercayaan dan dukungan publik. “Pencitraan mungkin bisa menarik perhatian sejenak, tapi tanpa substansi, itu hanya sementara,” tegasnya.
Menurutnya, calon yang fokus pada substansi akan lebih dihargai dan diingat oleh publik. “Mereka akan dikenang sebagai pemimpin yang benar-benar peduli dan berkomitmen pada perubahan,” jelasnya.
Harapan untuk Pilkada 2024
Bagindo berharap Pilkada 2024 akan membawa perubahan positif. “Saya berharap para calon benar-benar serius dalam menyusun visi misi mereka. Ini bukan hanya tentang memenangkan Pilkada, tapi juga tentang masa depan daerah yang mereka pimpin,” ujarnya.
Dia juga mengingatkan bahwa masa depan daerah ada di tangan para calon. “Mereka harus siap untuk mengemban tanggung jawab ini dengan serius dan berkomitmen pada perubahan positif,” tegasnya.
Pilkada serentak 2024 adalah momentum penting bagi Indonesia. Namun, kesuksesannya bergantung pada kualitas para calon kepala daerah. Sudah saatnya mereka meninggalkan politik pencitraan dan fokus pada substansi. Visi misi yang kuat, didukung data dan analisis mendalam, adalah kunci untuk meraih kepercayaan publik dan membawa perubahan positif bagi daerah. (dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.