Pemprov Sumsel

Pemkab Muba 1000x250

PT Sampoerna Agro Tbk

SDN 5 Tugumulyo Lempuing
Sumatera Selatan

Belasan Kerbau Mati Mendadak di Lahat Sumsel, Diduga Akibat Penyakit Ngorok, DKPP Pastikan Tidak Menular ke Manusia

×

Belasan Kerbau Mati Mendadak di Lahat Sumsel, Diduga Akibat Penyakit Ngorok, DKPP Pastikan Tidak Menular ke Manusia

Sebarkan artikel ini

Kepala DKPP Sumsel Ruzuan Efendi Sebut Indikasi Muncul Sejak Maret, Angka Pasti Masih Ditunggu, Vaksinasi Tahunan Dilakukan Namun Dihadapi Penolakan Sebagian Peternak.

Belasan Kerbau Mati Mendadak di Lahat Sumsel, Diduga Akibat Penyakit Ngorok, DKPP Pastikan Tidak Menular ke Manusia
Ilustrasi kerbau mati. Foto: Dok. Media Indonesia.

PALEMBANG, NUSALY — Sebuah kasus kematian hewan ternak dilaporkan terjadi di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, menimbulkan kerugian bagi peternak setempat. Belasan ekor kerbau di Lahat dilaporkan mati mendadak dan diduga akibat terjangkit penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica. Informasi mengenai kejadian ini disampaikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Selatan, Ruzuan Efendi.

Ruzuan Efendi menyebutkan bahwa jumlah kerbau yang mati mendadak akibat penyakit ini berdasarkan laporan awal petugas lapangan di Lahat adalah sekitar belasan ekor. Namun, angka pastinya belum dilaporkan secara resmi kepada pihak DKPP.

“Sekitar belasan ternyata kerbau yang mati, angka pastinya belum dilaporkan resmi nanti kita informasikan,” ujar Ruzuan. Ia menambahkan, jika ada informasi mengenai puluhan kerbau mati, kemungkinan itu adalah akumulasi dari kejadian penyakit serupa di tahun-tahun sebelumnya.

Ruzuan Efendi juga menjelaskan bahwa indikasi adanya penyakit ngorok ini di Lahat mulai terjadi sejak Maret lalu. Pihaknya belum mengetahui berapa banyak kerbau di Lahat yang sebenarnya terjangkit penyakit tersebut.

Namun, ia menerima laporan dari petugas lapangan bahwa beberapa kerbau yang terindikasi terjangkit penyakit ngorok sudah disembelih oleh peternak. “Ada juga yang terindikasi tapi sudah disembelih informasi dari petugas lapangan,” katanya.

Sifat Penyakit dan Keamanan Daging Kerbau

Kepala DKPP Sumsel Ruzuan Efendi memastikan sifat penyakit ngorok ini. Menurutnya, penyakit Septicaemia Epizootica bukan merupakan zoonosis, artinya tidak menular atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Ia membandingkan penyakit ini sifatnya sama seperti penyakit “lato-lato” yang kerap terjadi pada sapi, yang juga tidak menular ke manusia.

Dengan demikian, Ruzuan menegaskan bahwa daging kerbau yang terdampak wabah tersebut aman untuk dikonsumsi manusia, asalkan diolah dan dimasak dengan cara yang benar.

“Ngorok bukan zoonosis, sama seperti lato-lato,” ungkapnya. “Sah-sah saja dagingnya dimakan karena tidak menular dan pembawa penyakit ke manusia. Tapi, pola memasak juga harus benar. Kalau rabies beda lagi, itu bisa menular ke manusia,” jelasnya, memberikan kontras dengan penyakit lain yang bersifat zoonosis.

Sebelumnya, Ruzuan Efendi saat dikonfirmasi membenarkan adanya laporan mengenai kerbau mati mendadak di Lahat. Saat itu, ia sudah meminta dinas terkait di Lahat untuk segera melakukan pengecekan langsung di lapangan.

Upaya Pencegahan dan Kendala Vaksinasi

Ruzuan Efendi juga menyampaikan mengenai upaya antisipasi yang telah dilakukan oleh pihak DKPP Provinsi Sumsel.

Menurutnya, penyakit pada hewan ternak seperti ngorok sudah diantisipasi secara tahunan melalui program pemberian vaksin. Di awal tahun ini, pihak DKPP Sumsel sudah membagikan sekitar 500 dosis vaksin ke wilayah Lahat untuk mencegah penyebaran penyakit.

Namun, upaya vaksinasi ini ternyata menghadapi tantangan di lapangan. Ruzuan menyebutkan bahwa tidak semua peternak mau memakai atau menerima vaksin yang diberikan oleh pemerintah secara gratis.

“Padahal, kata Ruzuan, vaksin diberikan untuk kekebalan dan daya tahan hewan terhadap berbagai penyakit,” ujarnya.

Alasan penolakan sebagian peternak, kata Ruzuan, lebih kepada kekhawatiran. Peternak beralasan selama ini ternak mereka tidak pernah divaksin, sehingga merasa khawatir saat akan diberi vaksin.

“Alasan mereka lebih kepada khawatir, selama ini kan tak pernah divaksin tapi kenapa ini diberi vaksin,” ungkapnya.

Selain vaksinasi, ia juga mengimbau peternak untuk tetap memperhatikan sanitasi kandang dan kesehatan hewan secara umum. Peternak diminta untuk menjaga kebersihan kandang dan memberikan vitamin pendukung kesehatan hewan ternak.

Hal ini penting, terutama bagi peternak yang melepasliarkan hewan ternaknya, yang mungkin lebih rentan terpapar penyakit.

“Iya memang perlu banyak edukasi, apalagi kepada peternak yang melepasliarkan hewan ternaknya,” tukas Ruzuan, menyoroti pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada para peternak.

Belasan kerbau mati mendadak di Lahat Sumsel, diduga akibat penyakit ngorok (Septicaemia Epizootica), berdasarkan laporan yang diterima DKPP Sumsel.

Kepala DKPP Sumsel, Ruzuan Efendi, mengkonfirmasi kejadian ini dan memastikan penyakit tersebut tidak menular ke manusia, sehingga daging kerbau aman dikonsumsi jika dimasak benar.

Meskipun vaksinasi telah dilakukan secara tahunan, Ruzuan menyebut sebagian peternak menolak divaksinasi karena khawatir. Pihak DKPP terus mengimbau peternak untuk menjaga kebersihan kandang dan memberikan vitamin sebagai bagian dari upaya pencegahan. (ags)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.