Palembang, NUSALY.COM — Sebuah video singkat namun sarat emosi mendadak menjadi buah bibir di jagat maya. Wakil Walikota Palembang, Prima Salam, tampak geram saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Jalan Angkatan 45.
Luapan kekesalan yang tertangkap kamera dan diunggah ke akun Instagram pribadinya (@primasalam) pada Rabu (09/04/2025) itu, sontak memantik reaksi beragam. Namun, di antara sekian banyak komentar, kritik tajam dari pengamat politik Bagindo Togar menjadi sorotan utama, mengupas habis gaya kepemimpinan seorang wakil kepala daerah yang dinilai kurang matang.
Dalam video yang beredar luas, Prima Salam terlihat menyampaikan teguran keras kepada perwakilan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang terkait pelaksanaan pembangunan di kawasan tersebut. Nada bicaranya meninggi, gesturnya menunjukkan kekecewaan mendalam. Kendati inti pesannya adalah agar pembangunan tetap memperhatikan kenyamanan masyarakat, cara penyampaiannya justru menuai cibiran.
Tak lama berselang, pengamat politik Bagindo Togar muncul memberikan analisis pedasnya. Kepada media, Bagindo tanpa tedeng aling-aling menyebut tindakan Prima Salam sebagai cerminan dari berbagai kelemahan mendasar seorang pemimpin. Ia menyoroti kegagalan Prima Salam dalam memahami esensi dari pemerintahan dan kepemimpinan di tingkat daerah.
“Dia gagal paham bahwa pemerintah itu bukan penguasa,” ujar Bagindo Togar dengan nada tegas.
“Jadi, seorang pemimpin daerah itu harus memiliki kemampuan manajerial yang mumpuni, bukan sekadar mempertontonkan kekuasaan. Apa yang dilakukan oleh Wakil Walikota justru menunjukkan adanya kelemahan intelektual dan manajemen yang mendasar.”
Orkestra Harmonisasi yang Sumbang
Lebih lanjut, Bagindo mengkritisi gaya komunikasi Prima Salam yang dinilainya kasar dan tidak terstruktur. Menurutnya, cara berkomunikasi seorang pemimpin seharusnya mencerminkan kemampuannya dalam membangun koordinasi yang efektif antarlembaga. Alih-alih menciptakan sinergi, Bagindo menilai gaya Prima Salam justru kontraproduktif.
“Bahasa verbal yang digunakan sangat buruk, tidak mencerminkan seorang pemimpin dengan kemampuan intelektual yang baik,” imbuh Bagindo.
“Ketika berbicara mengenai pembangunan, seharusnya ada orkestra harmonisasi antar dinas dan pihak terkait. Bukan malah menciptakan nada sumbang seperti yang dipertontonkan oleh Wakil Walikota.”
Bagindo juga menepis anggapan bahwa tindakan Prima Salam tersebut merupakan bentuk ketegasan seorang pemimpin. Ia justru melihatnya sebagai manifestasi dari sikap arogan dan haus kekuasaan.
“Ini bukan pemimpin tegas, tapi pemimpin sok kuasa,” tegas Bagindo. “Pemimpin yang benar-benar tegas itu mampu mengelola birokrasi dan membangun koordinasi yang baik tanpa harus mengandalkan gaya-gaya kekuasaan yang justru kontraproduktif.”
Tugas Kepala Daerah: Memadukan Visi, Bukan Sekadar Instruksi
Menurut Bagindo, esensi dari kepemimpinan di tingkat daerah adalah kemampuan untuk mengharmoniskan berbagai dinas dan elemen pemerintahan dalam mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Seorang kepala daerah, termasuk wakilnya, seharusnya mampu memadukan berbagai visi dan misi pembangunan menjadi satu orkestra yang indah, bukan sekadar memberikan instruksi tanpa dasar yang jelas dan terukur.
“Tugas utama seorang kepala daerah adalah memadukan visi pembangunan yang ada di berbagai dinas, bukan sekadar memberikan instruksi yang terkesan tanpa perencanaan yang matang,” jelas Bagindo. “Hal-hal seperti ini justru akan merusak citra pemerintahan di mata masyarakat. Alih-alih mendapatkan simpati, tindakan seperti ini justru akan menuai antipati.”
Pembelaan Prima Salam di Balik Unggahan Viral
Dalam unggahan video yang menjadi viral tersebut, Prima Salam sebenarnya menekankan pentingnya pembangunan yang tetap mengedepankan kenyamanan masyarakat. Ia tidak secara eksplisit melarang pembangunan yang sedang berjalan, namun ia meminta agar setiap proyek pembangunan di Kota Palembang tetap memperhatikan aspek-aspek yang dapat mengganggu kenyamanan warga lainnya.
“Intinya pemerintah akan mengawasi penuh setiap pembangunan biar kota kita ini cantik, lemak (enak) dilihat,” tulis Prima Salam dalam keterangan video yang diposting di akun Instagram pribadinya. “Minta dukungan seluruh lapisan masyarakat untuk tetap mengawasi dan melaporkan jika ada bangunan yang mengganggu lingkungan.”
Namun, niat baik Prima Salam untuk memastikan pembangunan yang berorientasi pada kenyamanan masyarakat justru tenggelam oleh gaya komunikasinya yang dinilai kurang terstruktur dan cenderung emosional. Tanggapan negatif dari berbagai pihak, terutama dari pengamat politik sekelas Bagindo Togar, menjadi bukti bahwa cara penyampaian pesan seorang pemimpin memiliki dampak yang sangat besar terhadap citra dirinya dan pemerintahan yang ia wakili.
Refleksi atas Gaya Kepemimpinan di Era Media Sosial
Kasus viralnya video Wakil Walikota Prima Salam ini menjadi refleksi penting mengenai gaya kepemimpinan di era media sosial. Di mana setiap tindakan dan ucapan seorang pejabat publik dapat dengan cepat tersebar dan menjadi konsumsi publik, kemampuan berkomunikasi yang efektif dan profesional menjadi semakin krusial. Seorang pemimpin tidak hanya dituntut untuk memiliki visi dan kemampuan manajerial yang baik, tetapi juga harus mampu menyampaikan pesan dengan cara yang tepat, membangun dialog yang konstruktif, dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan persepsi negatif di masyarakat.
Kritik pedas dari Bagindo Togar terhadap Prima Salam seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemimpin daerah lainnya. Bahwa kekuasaan yang diemban bukanlah alat untuk menunjukkan superioritas, melainkan amanah untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Kemampuan untuk berkoordinasi, berkomunikasi secara efektif, dan mengambil keputusan yang bijak adalah ciri-ciri seorang pemimpin yang matang dan dihormati.
Menanti Langkah Selanjutnya dari Prima Salam
Setelah video sidaknya menuai kritik tajam, publik tentu akan menantikan langkah selanjutnya dari Wakil Walikota Prima Salam. Apakah ia akan melakukan evaluasi terhadap gaya komunikasinya? Apakah ia akan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki citra dirinya dan pemerintahannya? Atau justru ia akan mempertahankan gaya kepemimpinannya yang kontroversial tersebut? Waktu akan menjawabnya. Yang pasti, insiden ini telah menjadi catatan penting dalam perjalanan kepemimpinan di Kota Palembang, sebuah pengingat bahwa di era keterbukaan informasi, setiap tindakan seorang pemimpin akan selalu berada di bawah sorotan publik. (InSan)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.