OKI, NUSALY – Sebuah perayaan warisan budaya yang nyaris terlupakan kini kembali hadir. Tradisi Malam Tapai yang sudah ada sejak era 1980-an kembali membangkitkan nuansa masa lalu di Kota Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Acara yang digagas oleh anak muda dan pegiat media sosial ini disambut meriah oleh ribuan warga yang memadati kawasan Tugu Jam Kayuagung pada Jumat malam (29/8).
Dikenal sebagai pasar malam khas masyarakat Kayuagung, Malam Tapai dulunya digelar di tepian Sungai Komering, menjadi ajang bagi para pedagang yang akan berjualan di Kalangan Kayuagung. Kini, nuansa otentik tersebut dihidupkan kembali dengan kemasan yang lebih modern namun tetap kental dengan akar budayanya. Ciri khas dari tradisi ini adalah penjualan tapai, kuliner tempo dulu, hasil bumi, dan kerajinan lokal.
Sinergi Budaya dan Ekonomi Rakyat
Gelaran Malam Tapai tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga ruang silaturahmi, pelestarian budaya, sekaligus penggerak ekonomi kerakyatan yang nyata. Di panggung, pengunjung disuguhi ragam pertunjukan seni budaya yang memukau, seperti lagu daerah, teater rakyat “Kereta Mabang Handak”, tarian tradisional, hingga pertunjukan cang incang yang sarat akan makna filosofis.
Di sisi lain, ratusan pelaku UMKM turut ambil bagian dengan membuka stan-stan yang menjajakan makanan, kerajinan, dan produk khas OKI. Antusiasme pembeli begitu tinggi, membuktikan bahwa tradisi ini tidak hanya kaya secara budaya tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar.
Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki, menyampaikan apresiasinya terhadap acara ini. “Malam Tapai adalah warisan budaya Kayuagung yang patut kita jaga. Ia bukan hanya simbol kebersamaan dan kearifan lokal, tetapi juga ruang yang nyata dalam mendukung ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan ini dapat terus dilestarikan dan menjadi agenda budaya tahunan yang membuka peluang usaha bagi warga.
Senada dengan bupati, Ketua TP PKK OKI, Ny. Ike Meilina Muchendi, juga mengapresiasi partisipasi aktif warga, khususnya kaum ibu. “Banyak ibu-ibu yang memberdayakan diri lewat produk kuliner khas yang laris di acara ini,” ungkapnya, menegaskan bahwa acara ini berhasil memberdayakan komunitas.
Generasi Muda Dekat dengan Budaya

Makna dari Malam Tapai juga terasa kuat di kalangan masyarakat. Yanti (43), seorang pelaku UMKM, mengaku bersyukur karena dagangannya ludes terjual. “Alhamdulillah, dagangan saya habis malam ini. Semoga acara seperti ini sering diadakan. Kami para pedagang kecil merasa sangat terbantu,” tuturnya, merefleksikan dampak langsung acara ini pada perekonomian mereka.
Sementara itu, bagi generasi muda, Malam Tapai menjadi pintu gerbang untuk mengenal budayanya sendiri. Rafi (19), seorang mahasiswa asal Kayuagung, mengaku terkesan dengan suasana yang kental akan budaya. “Saya kira ini cuma pasar malam biasa, ternyata ada banyak pertunjukan budaya dan makanan tradisional yang jarang saya temui,” ujarnya.
Rafi menambahkan, acara seperti ini membuat generasi muda lebih dekat dengan warisan budaya yang selama ini hanya mereka dengar dari cerita orang tua. “Dulu saya cuma dengar cerita soal Malam Tapai dari ibu. Sekarang bisa lihat langsung, rasanya bangga dan pengin ikut ngelestarikan juga,” tambahnya.
Dengan semaraknya Malam Tapai, Pemerintah Kabupaten OKI menegaskan komitmennya untuk terus menjaga, mengembangkan, dan mempromosikan adat budaya lokal sebagai identitas dan kekuatan ekonomi yang berkelanjutan. (ril/dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.