Palembang, NUSALY – Sriwijaya FC terpuruk semakin dalam di jurang degradasi dasar klasemen sementara Championship 2025/2026. Melawan Persekat Tegal pada pekan ke-6 di markas sendiri, Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ), Laskar Wong Kito tak hanya kalah 0-1 melalui gol penentu E Mandosir, tetapi juga harus menghadapi krisis moral dan eksistensi yang kian nyata.
Kekalahan menyakitkan ini membuat Sriwijaya FC terpuruk dengan hanya mengantongi satu poin dari enam pertandingan. Sebaliknya, Persekat Tegal melesat ke peringkat 6 dengan raihan 8 poin. Catatan minor SFC, yang hanya bermain imbang satu kali dan kalah di lima laga sisa, menunjukkan bahwa masalah tim ini melampaui sekadar teknis lapangan, berujung pada ledakan emosi manajemen pasca-laga.
Pukulan Ganda: Kartu Merah dan Petaka Menit Akhir
Jalan menuju kekalahan ini diperparah oleh kedisiplinan yang buruk. Sriwijaya FC terpuruk dalam tekanan setelah dua pemainnya diusir wasit. Darmawan menerima kartu merah pada menit ke-47, kemudian Sahbandi menyusul pada menit ke-76. Bermain dengan sembilan pemain selama 14 menit krusial di babak kedua, Laskar Wong Kito tak mampu membendung serangan lawan.
Keunggulan jumlah pemain membuat Persekat Tegal leluasa mengendalikan permainan. Petaka bagi SFC datang pada menit 90+1 ketika E Mandosir, yang memanfaatkan kelengahan di barisan belakang yang sudah rapuh, mampu mencetak gol kemenangan. Gol ini tidak hanya memberikan tiga poin kepada Persekat, tetapi juga menancapkan luka mental yang mendalam bagi skuad SFC yang bertarung habis-habisan dengan kekurangan personel.
Ledakan Kekecewaan: Wasit “Tidak Wajar” dan Tuntutan VAR
Usai kekalahan, Wakil Presiden SFC, Mohammad David, menyuarakan kekecewaan, namun fokus kemarahannya diarahkan sepenuhnya kepada pengadil lapangan. David menilai, kepemimpinan wasit yang memimpin laga hari itu “tidak wajar” dan merugikan timnya.
“Kalau melihat pertandingan hari ini kecewa ya. Bukan kecewa dengan cara permainan kita, untuk permainan sudah maksimal dan cukup baik di mata saya. Cuma bisa dilihat sendiri, beribu mata menyaksikan kepemimpinan wasit yang tidak wajar di mata saya,” ujar David, menunjukkan dimensi emosional yang mirip dengan “penderitaan” Marquez.
David secara spesifik menuding SFC dirugikan oleh dua kartu merah yang dinilai tidak disengaja, selain itu ia menyoroti ketiadaan keputusan VAR yang menguntungkan timnya. David mengklaim VAR diabaikan dalam dua momen penting: Pelanggaran di kotak penalti yang seharusnya berbuah hadiah penalti bagi SFC dan momen fifty-fifty di depan gawang yang memerlukan tinjauan VAR untuk menentukan apakah bola masuk atau tidak.
“Kita sangat dirugikan, tidak satu kalipun VAR dilihat wasit padahal kita sering dilanggar. Wasit tidak berpihak ke kita,” tegasnya, menuntut keadilan yang setara.
SFC Melawan Arus: Audit Kinerja Wasit PSSI
Menanggapi krisis yang semakin akut ini, David memastikan manajemen SFC tidak akan berdiam diri. Mereka berencana segera melayangkan surat resmi kepada Komite Wasit PSSI untuk meneliti dan mengevaluasi kinerja wasit yang ditugaskan di Liga 2. David menolak anggapan bahwa VAR hanya berfungsi untuk menguntungkan tim tertentu.
“Kita akan buat surat ke komite wasit, buat laporan dan akan mencari bukti-bukti, baik dari gol, pelanggaran-pelanggaran, dan pemberian kartu merah yang kita nilai tidak disengaja,” tutupnya, menunjukkan bahwa perjuangan Sriwijaya FC terpuruk kini beralih ke meja hijau, di mana mereka berusaha mempertahankan integritas klub di tengah ancaman degradasi. (desta)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.