Kayuagung, NUSALY – Di atas panggung politik Pilkada Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), nama Dja’far Shodiq dan Abdiyanto Fikri kian menjadi sorotan. Pasangan yang diusung dengan akronim JADI ini, tak sekadar hadir untuk memperebutkan kursi bupati dan wakil bupati periode 2025-2029, melainkan membawa visi besar yang menjanjikan transformasi daerah secara fundamental.
Visi mereka jelas: “Terwujudnya Kemajuan dan Kemandirian Daerah Menuju Ogan Komering Ilir Emas 2045.” Dengan konsep ini, pasangan JADI menawarkan cetak biru pembangunan yang tak hanya bicara soal pertumbuhan ekonomi, tapi juga mencakup kualitas sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, serta tata kelola pemerintahan yang bersih. Namun, seperti apa wujud dari gagasan ini? Dan apakah mereka mampu memenuhi janji-janji besar itu?
Misi Besar Menuju OKI Mandiri
Dalam dokumen visi dan misi mereka, Dja’far Shodiq dan Abdiyanto tampak merancang program yang menyentuh hampir setiap aspek kehidupan masyarakat OKI. Ada lima misi besar yang diusung, di antaranya peningkatan kualitas SDM, pertumbuhan ekonomi inklusif, tata kelola pemerintahan yang bersih, pembangunan infrastruktur ramah lingkungan, serta kehidupan masyarakat yang harmonis dan berbudaya.
Namun, dari semua misi tersebut, kemandirian daerah menjadi agenda utama. OKI selama ini bergantung pada bantuan pusat, dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang hanya menyumbang sekitar 8% dari total anggaran. Dja’far Shodiq dan Abdiyanto percaya, dengan memanfaatkan sumber daya lokal, Kabupaten OKI bisa mandiri secara fiskal. Salah satu kunci dari kemandirian ini adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan industri.
“Kemandirian daerah adalah syarat utama agar OKI bisa maju,” ujar Abdiyanto Fikri dalam salah satu wawancara eksklusif. Ia menambahkan bahwa untuk mencapai itu, pihaknya akan mengoptimalkan potensi pertanian, perikanan, serta sektor industri yang selama ini belum dikelola maksimal.
Menjawab Tantangan Kesehatan dan Pendidikan
Bagi Dja’far Shodiq, kesehatan dan pendidikan adalah pondasi utama dalam membangun masyarakat yang produktif. Salah satu masalah besar yang ingin dipecahkan pasangan ini adalah tingginya angka stunting di OKI. Hingga tahun 2024, stunting masih menjadi masalah serius dengan angka mencapai 32,5%. Kondisi ini menunjukkan kegagalan dalam penanganan gizi dan akses kesehatan di tingkat akar rumput.
Untuk mengatasi hal ini, pasangan JADI menawarkan serangkaian program, termasuk pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, serta peningkatan sanitasi di daerah-daerah miskin. Program lain yang cukup inovatif adalah pelatihan calon pengantin terkait pola asuh anak dan gizi selama kehamilan.
Di sektor pendidikan, mereka juga menghadapi tantangan besar: rendahnya angka rata-rata lama sekolah di OKI yang hanya mencapai 7,08 tahun pada 2023. Ini adalah sinyal bahwa banyak anak-anak di OKI yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Untuk menjawab tantangan ini, JADI merancang program pendidikan kesetaraan, membuka akses bagi mereka yang putus sekolah untuk melanjutkan pendidikan di paket A, B, dan C.
Dja’far menyadari betul bahwa pendidikan yang berkualitas adalah kunci bagi terciptanya generasi muda yang mampu bersaing. “Kita tidak bisa bicara tentang pembangunan tanpa memastikan generasi muda kita mendapatkan pendidikan yang layak,” tegasnya.
Krisis Ketahanan Pangan: Ancaman Nyata
Salah satu tantangan paling mendesak bagi pasangan JADI adalah krisis ketahanan pangan di Kabupaten OKI. Produksi padi menurun drastis dari 534,59 ton pada 2022 menjadi 508,71 ton di 2023. Penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor, termasuk alih fungsi lahan, perubahan iklim, dan minimnya penyuluhan pertanian. Bagi Dja’far dan Abdiyanto, masalah ini tidak bisa dibiarkan.
Pasangan JADI merancang program untuk memberikan subsidi pupuk secara merata, bantuan bibit unggul, serta penyusunan kalender tanam berbasis perubahan iklim. Tujuan akhirnya jelas: mereka ingin OKI kembali menjadi lumbung pangan terbesar di Sumatera Selatan. Selain itu, mereka juga menggarisbawahi pentingnya swasembada pangan, tidak hanya di sektor padi, tetapi juga perikanan, peternakan, dan holtikultura.
Namun, merealisasikan visi ini tidak mudah. Para petani di OKI sudah lama berjuang dengan modal yang terbatas dan akses ke pasar yang sulit. Kegagalan panen akibat perubahan musim semakin membuat petani enggan mengolah lahan sawah mereka. Jika pasangan JADI terpilih, mereka harus mampu memberikan solusi nyata yang dapat mengatasi masalah struktural yang sudah berakar ini.
Pembangunan Infrastruktur dan Pemekaran Wilayah
Di sektor infrastruktur, OKI masih jauh tertinggal. Dari 2.037 kilometer jalan di kabupaten ini, hanya 18,08% yang berada dalam kondisi baik. Kondisi jalan yang buruk menjadi salah satu faktor penghambat utama dalam pembangunan ekonomi. Pasangan JADI menawarkan solusi dengan alokasi 40% dari APBD untuk memperbaiki jalan, serta mendukung pembangunan jembatan yang menghubungkan wilayah-wilayah terisolir.
Salah satu langkah strategis yang juga diusulkan adalah pemekaran wilayah Pantai Timur. Wilayah ini selama bertahun-tahun terpinggirkan, dengan akses yang minim terhadap layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Dengan pemekaran, diharapkan Pantai Timur akan memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya dan dana pembangunan.
Namun, langkah pemekaran ini tidak lepas dari kontroversi. Ada kekhawatiran bahwa pemekaran hanya akan menambah beban birokrasi dan memperparah ketimpangan. Meski demikian, Abdiyanto Fikri yakin bahwa pemekaran Pantai Timur adalah solusi terbaik untuk mengatasi ketertinggalan wilayah tersebut. “Pemekaran ini bukan soal menambah daerah baru, tetapi soal memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat,” ujarnya.
Tantangan di Depan: Mampukah JADI Merealisasikan Janji?
Pasangan Dja’far Shodiq dan Abdiyanto Fikri memiliki visi yang ambisius. Mereka menawarkan program-program konkret yang, jika berhasil direalisasikan, bisa membawa perubahan besar bagi Kabupaten OKI. Namun, di tengah janji-janji besar ini, pertanyaan penting yang muncul adalah: mampukah mereka merealisasikan janji-janji tersebut?
Tantangan yang dihadapi OKI tidak kecil. Dari masalah infrastruktur yang tertinggal, kesehatan yang memprihatinkan, hingga pendidikan yang rendah, semuanya membutuhkan solusi yang mendalam dan berkelanjutan. Untuk itu, pasangan JADI perlu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya pandai merumuskan visi, tetapi juga mampu mengeksekusi program-program yang telah mereka canangkan.
Masyarakat OKI kini dihadapkan pada pilihan besar. Apakah mereka akan memilih pasangan yang menawarkan kemandirian daerah dengan fokus pada sektor-sektor vital? Atau mereka akan memilih calon lain yang mungkin membawa visi berbeda? Pilkada 2024 akan menjadi momen penentu bagi masa depan OKI, dan Dja’far-Abdiyanto tampaknya siap untuk memperjuangkan visi mereka hingga titik terakhir.
Pasangan Dja’far Shodiq-Abdiyanto Fikri hadir dengan visi yang menjanjikan kemajuan dan kemandirian daerah melalui program-program yang menyentuh sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan, dan infrastruktur. Namun, tantangan yang ada di depan tidaklah kecil. Mampukah pasangan ini memenuhi janji-janjinya? Hanya waktu dan dukungan dari masyarakat OKI yang akan menjadi penentunya. Pilkada 2024 akan menjadi panggung bagi mereka untuk membuktikan kemampuan membawa perubahan nyata bagi Kabupaten Ogan Komering Ilir. (dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.