PALEMBANG, NUSALY – Krisis pangan global dan ancaman perubahan iklim menuntut perubahan paradigma mendasar dalam cara negara mengelola ketahanan pangan. Sumatera Selatan (Sumsel) merespons tantangan ini dengan langkah radikal: memasukkan Muatan Lokal (Mulok) Kemandirian Pangan ke dalam kurikulum SMA dan SMK. Program ini secara resmi diluncurkan oleh Gubernur Sumsel, H. Herman Deru (HD), di Palembang, Kamis (23/10/2025).
Dalam pidato peluncurannya, Gubernur HD menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar tambahan mata pelajaran, melainkan sebuah strategi jangka panjang untuk membentuk generasi muda yang mandiri dan berdaya cipta.
“Ini adalah cara kita mengedukasi generasi penerus agar tidak hanya menjadi konsumen, tapi juga mampu memproduksi pangan. Konsep ini esensial demi keberlanjungan hidup dan masa depan daerah kita,” tegas Herman Deru.
Program Mulok ini, yang telah dirintis sejak tahun 2021, berupaya mengubah pola pikir (mindset) generasi muda secara menyeluruh. Fokusnya meluas dari pertanian konvensional ke peternakan, perikanan, hingga pelestarian alam lokal, memastikan peserta didik memiliki perspektif holistik tentang sumber pangan.
Tantangan Implementasi: Dari Seremoni ke Praktik Nyata
HD secara khusus memberi penekanan pada urgensi implementasi di lapangan, memperingatkan agar program ini tidak berhenti pada tingkat seremonial.
“Saya berharap jangan hanya berhenti di seremoni. Perbanyak sosialisasi dan praktik nyata soal kemandirian pangan. Kita semua, termasuk Dinas Pendidikan dan pihak terkait, harus bertanggung jawab melihat bagaimana penerapannya di lapangan. Mari bersama-sama kita evaluasi dan kontrol implementasinya di sekolah,” pesan Gubernur, menuntut akuntabilitas dari para pelaksana.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Mondiaboni, mengonfirmasi komitmen tersebut. Pihaknya akan berkolaborasi dengan ICRAF (World Agroforestry) dalam mengimplementasikan pelatihan dan modul kemandirian pangan di 997 sekolah SMA dan SMK se-Sumatera Selatan.
“Kami ingin peserta didik tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi memiliki keterampilan yang mampu menjaga ketahanan pangan, sejalan dengan visi Gubernur: Sumsel Maju untuk Semua dan Mandiri Pangan,” ujar Mondiaboni.
Dukungan Lintas Sektor dan Pengakuan Nasional

Gerakan yang digagas Sumsel ini mendapat dukungan penuh dari lembaga riset global hingga pemerintah pusat.
Andre Ekadinata, Direktur ICRAF, menyampaikan apresiasi atas keberanian Sumsel mengintegrasikan isu pangan ke dalam kurikulum lokal. “Gerakan ini sangat perlu didukung karena menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sumber pangan dan kearifan lokal. Melalui pembelajaran muatan lokal, kita secara aktif menyiapkan masa depan yang tangguh dan berdaulat pangan,” jelasnya.
Dukungan serupa datang dari Direktorat Kurikulum Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang diwakili oleh Ibu Laksmi. Ia mengapresiasi Sumsel sebagai pioneer dalam pendidikan berbasis kearifan lokal dan pangan.
“Kurikulum muatan lokal seperti ini adalah upaya penting daerah untuk mempelajari budaya dan pangan lokal. Kami dari Pusat akan segera meluncurkan pendidikan pangan dan gizi di SMA dan SMK di seluruh Nusantara, agar daerah-daerah dapat mengembangkan potensi pangan spesifik lokalnya,” ungkap Laksmi, mengindikasikan bahwa Mulok Sumsel dapat menjadi model nasional.
Dengan peluncuran Mulok Kemandirian Pangan, Sumsel mengambil langkah maju tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam mendefinisikan ulang peran generasi muda sebagai agen utama dalam mencapai swasembada dan ketahanan pangan berkelanjutan. ***
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.