Headline

Alarm Karhutla Sumsel Berbunyi: Titik Panas Meroket Jadi 291 Titik, Muba Terbanyak, Puncak Kemarau Juli-Agustus Menjadi Ancaman Nyata!

Sumatera Selatan Kini Terkepung Peningkatan Hotspot yang Signifikan, Mencapai 291 Titik Sepanjang Tahun Ini. Kenaikan Drastis Sejak Mei Menjadi Peringatan Dini Menjelang Puncak Musim Kemarau pada Juli-Agustus. Status Siaga Karhutla Telah Ditetapkan, Namun Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan Kian Mendekat, Menguji Kesiapsiagaan Daerah.

Alarm Karhutla Sumsel Berbunyi: Titik Panas Meroket Jadi 291 Titik, Muba Terbanyak, Puncak Kemarau Juli-Agustus Menjadi Ancaman Nyata!
Alarm Karhutla Sumsel Berbunyi: Titik Panas Meroket Jadi 291 Titik, Muba Terbanyak, Puncak Kemarau Juli-Agustus Menjadi Ancaman Nyata!. Foto: Dok. Ahmad Rizki Prabu / Mongabay.co.id

PALEMBANG, NUSALY – Bayangan bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menghantui Sumatera Selatan. Data terbaru menunjukkan, jumlah titik panas (hotspot) di provinsi ini telah mencapai 291 titik sepanjang tahun 2025. Angka ini, yang mulai merangkak naik sejak Mei dan melonjak signifikan pada bulan Juni, menjadi alarm keras bagi kesiapsiagaan daerah.

“Jumlahnya saat ini sudah mencapai 291 titik. Peningkatan terjadi Mei ada 108 titik dan Juni ini sudah 134 titik,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, pada Rabu (25/6/2025). Kenaikan hotspot pada bulan Mei itu sejalan dengan masuknya musim kemarau di Sumsel. Diprediksi, kemarau tahun ini akan terjadi hingga November mendatang, dengan puncaknya diperkirakan pada Juli-Agustus. Sebuah periode krusial yang membutuhkan perhatian ekstra.

Daerah Rawan Terpetakan, Muba Puncaki Daftar Hotspot

Menyikapi ancaman ini, BPBD Sumsel dan pemerintah daerah terkait telah mengambil langkah antisipasi. “Kita sudah mengantisipasi menghadapi puncak kemarau dan kenaikan hotspot dengan menaikkan status siaga Karhutla di tingkat provinsi terhitung 17 Mei-30 November. Beberapa daerah yang rawan juga sudah menaikkan status siaga,” kata Sudirman. Ini adalah langkah responsif yang vital untuk mobilisasi sumber daya.

Berdasarkan data yang dirilis, beberapa wilayah di Sumsel telah terdeteksi memiliki jumlah hotspot di atas 40 titik sepanjang Januari hingga Juni 2025. Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) memimpin daftar ini dengan 49 titik, diikuti oleh Musi Rawas dan Muara Enim masing-masing 44 titik.

Selain itu, PALI tercatat 32 titik, Muratara 27 titik, Lahat 20 titik, OKI 15 titik, Prabumulih 13 titik, Ogan Ilir 12 titik, dan Banyuasin 10 titik. Sementara tujuh daerah lainnya berada di bawah 10 titik. “Palembang paling rendah karena baru terpantau 1 titik,” tambah Sudirman. Data ini menjadi peta vital bagi upaya pencegahan dan pemadaman Karhutla.

Belajar dari Sejarah: Ancaman Karhutla Masih Tinggi

Perbandingan data hotspot secara tahunan menunjukkan bahwa Sumatera Selatan memiliki riwayat panjang dalam menghadapi ancaman Karhutla dengan intensitas yang bervariasi:

  • 2024: Terpantau 4.661 titik
  • 2023: Tercatat jumlah paling tinggi, mencapai 20.547 titik
  • 2022: Ada 2.364 titik
  • 2021: Ada 2.794 titik
  • 2020: Ada 4.536 titik
  • 2019: Ada 17.391 titik

Meskipun angka saat ini (291 titik hingga Juni 2025) masih jauh di bawah rekor tertinggi seperti tahun 2023 atau 2019, peningkatan signifikan dalam dua bulan terakhir adalah sinyal bahaya yang tak bisa diabaikan. Dengan puncak kemarau yang makin dekat, kesiapsiagaan seluruh elemen, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor industri, akan diuji. Akankah Sumsel berhasil mencegah _terulang_nya bencana kabut asap besar, ataukah ancaman ini akan kembali mengepung jutaan warganya? (desta)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Exit mobile version