Oleh Dasman Djamaluddin,S.H.,M.Hum
(Alumnus S2 Ilmu Sejarah FIB UI, Penulis Buku Biografi, Wartawan dan Sejarawan)
Saya baru saja menemui foto bersama Prof.Dr.Susanto Zuhdi.M.Hum dan putera Burhanudin Mohamad (B.M) Diah/B.M.Diah, ketika berkunjung ke Kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/ FIB, Universitas Indonesia/UI, Depok.
Saya lupa tanggalnya, tetapi yang jelas, itu merupakan pertemuan menarik buat saya, karena dari kampus itu, saya memutuskan untuk mengajukan B.M.Diah sebagai Pahlawan Nasional.
Tetapi, di pertengahan jalan, pikiran saya teringat akan buku biografi yang saya tulis tahun 1992, “Butir-Butir Padi B.M Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman” (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1992).
Buku setebal, 553 halaman ini saya tulis selama setahun setengah. Di buku itu terdapat foto istri kedua B.M Diah, Julia Diah bersama anaknya. Waktu inilah saya membatalkan penulisan buku B.M.Diah untuk mengusulkan menjadi Pahlawan Nasional.
Dasar pemikirannya, saya harus bertemu dulu dengan Ibu Julia, hingga saat menulis artikel ini, saya belum menemui alamatnya yang pas.
Susanto Zuhdi
Akan halnya guru besar saya Prof.Dr.Susanto Zuhdi,M.Hum, ia adalah staf pengajar saya selama di S2 Ilmu Sejarah FIB UI. Dikenap sebagai Sejarawan Indonesia yang ahli dalam bidang Sejarah Maritim. Zuhdi mengajar, baik di program sarjana maupun pascasarjana ilmu sejarah.
Tanggal lahit 4 April 1953, di usia 70 tahun, Prof.Dr.Susanto Zuhdi,M.Hum purna tugas. Saya hadir di acara itu, karena selain dosen, ia juga Ketua Penguji dan Pembaca Tesis saya berjudul: “Harian Merdeka Sebuah Personal Journalism B.M.Diah” (1945-1996).