Peristiwa

Menanam Harapan Hijau dari Tanah Madiun

×

Menanam Harapan Hijau dari Tanah Madiun

Sebarkan artikel ini

Menjelang Musyawarah Nasional 2026, Sekber Wartawan Indonesia (SWI) memulai inisiatif ekonomi hijau melalui budidaya tebu di Madiun. Langkah ini mengintegrasikan pemberdayaan petani lokal dengan pelestarian ekologi.

Menanam Harapan Hijau dari Tanah Madiun
Pengolahan Lahan Untuk Komoditas Tanaman Tebu. (Dok. Humas SWI)

MADIUN, NUSALY — Di hamparan tanah Desa Caruban, Kecamatan Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, riuh persiapan Musyawarah Nasional (Munas) Sekber Wartawan Indonesia (SWI) 2026 tidak dimulai dari meja rapat, melainkan dari sela-sela batang tebu yang baru ditanam.

Organisasi yang menaungi ratusan media ini memilih cara yang tidak lazim dalam menyambut agenda besarnya: menghidupkan kembali denyut ekonomi desa melalui filosofi ekonomi hijau.

Sabtu (27/12/2025), rintik hujan di pengujung tahun menjadi saksi dimulainya penanaman tahap awal seluas 50 hektare tebu. Bagi Prof. Dr. Ir. Supiyat Nasir, MBA, Ketua Panitia Munas SWI, ladang tebu ini adalah laboratorium hidup.

Di sini, SWI ingin membuktikan bahwa organisasi profesi mampu melampaui sekat-sekat ruang redaksi dengan menghadirkan solusi nyata bagi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.

“Ini bukan sekadar tanam tebu, tapi upaya menggali potensi daerah agar menjadi magnet ekonomi. Kami ingin Munas 2026 nanti memiliki warisan nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Supiyat di tengah peninjauan lahan.

Etalase Ekonomi Hijau

Inisiatif di Madiun ini direncanakan tidak berhenti di angka 50 hektare. SWI telah mematok target ambisius seluas 600 hektare pengembangan lahan tebu berbasis ekonomi hijau (green economy).

Angka ini bukan sekadar statistik pertumbuhan, melainkan representasi dari keberpihakan pada hajat hidup orang banyak.

Dengan asumsi satu petani mengelola satu hektare lahan, program ini diproyeksikan bakal menyerap sedikitnya 600 tenaga kerja lokal. Di tengah tantangan krisis iklim dan fluktuasi harga komoditas, model pertanian berkelanjutan yang diusung SWI menjadi angin segar bagi kemandirian ekonomi desa.

Baca juga  Munas SWI 2026: Menguji Peran Pers dalam Konservasi dan Kedaulatan Desa

Rochmad Taufiq, salah satu penggerak SWI, menekankan bahwa langkah ini adalah antitesis dari sekadar wacana di atas kertas.

Jawa Timur dipilih sebagai titik awal karena memiliki akar sejarah perkebunan tebu yang kuat, namun kini memerlukan sentuhan inovasi hijau agar tetap berkeadilan bagi petani.

“SWI bergerak menghadirkan ekonomi hijau yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga ramah di kantong petani. Ini adalah aksi riil untuk memastikan ekonomi rakyat bergerak linear dengan kelestarian alam,” tutur Rochmad.

Narasi Baru Munas 2026

Transformasi peran organisasi profesi menjadi penggerak ekonomi kerakyatan ini akan menjadi narasi utama dalam Munas SWI pada Mei 2026 mendatang. Program di Madiun diposisikan sebagai “etalase” praktik baik yang bisa direplikasi di wilayah lain oleh anggota SWI di seluruh Indonesia.

Bagi organisasi dengan jejaring media yang luas, langkah ini merupakan pesan kuat tentang tanggung jawab sosial.

Munas bukan lagi sekadar forum musyawarah untuk menentukan pucuk pimpinan, melainkan momentum untuk mempertanggungjawabkan peran organisasi terhadap isu-isu krusial seperti transisi energi dan keberlanjutan lingkungan.

Budidaya tebu berbasis ekonomi hijau ini diharapkan menjadi role model nasional. Di saat banyak pihak masih berdebat mengenai konsep keberlanjutan, dari pinggiran Madiun, SWI telah memulai langkah pertamanya.

Menanam tebu, merawat harapan, dan memastikan bahwa di pengujung hari, jurnalisme dan aksi nyata bisa berjalan beriringan demi Amanat Hati Nurani Rakyat.

(dhi)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.