OKI, Nusaly.com – Tradisi ‘Midang Bebuke’ kembali semarak mewarnai perayaan Idul Fitri di Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Arak-arakan puluhan pasang pengantin berpakaian adat Morge Siwe mengelilingi Sungai Komering diiringi alunan musik jidur menjadi daya tarik utama pada Jumat (12/4/2024).
Tradisi turun-temurun ini telah menjadi identitas dan kebanggaan masyarakat Kayuagung. Menurut Sesepuh dan Tokoh Masyarakat Kayuagung, Saiful Ardan, Midang Bebuke berawal dari adat perkawinan di Morge Siwe (Sembilan Marga) pada abad ke-17.
“Midang dulu merupakan syarat pernikahan. Ada perseteruan antara pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Pihak perempuan meminta syarat arak-arakan kereta hias naga dan dipenuhilah syarat tersebut,” ujar Ardan.
Seiring waktu, Midang Bebuke berkembang menjadi agenda pariwisata tahunan yang dinanti-nantikan. Tradisi ini bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Antusiasme Masyarakat dan Dukungan Pemerintah
Pj. Bupati OKI, Asmar Wijaya, mengapresiasi antusiasme dan kesadaran masyarakat dalam menjaga tradisi Midang Bebuke.
“Tradisi ini tetap terjaga berkat dukungan masyarakat. Antusiasme dan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk menjaga warisan leluhur,” terang Asmar.
Lebih lanjut, Asmar berharap Midang Bebuke dapat terus dilestarikan dan menjadi daya tarik wisata unggulan Kabupaten OKI.
Baca juga : Pj Bupati OKI: Idul Fitri Momen Rajut Persaudaraan dan Membangun OKI Mandira
Upaya Melestarikan Budaya dan Menggaet Generasi Muda
Tahun ini, Midang Bebuke dirangkai dengan berbagai kegiatan menarik, termasuk perlombaan cang-incang, salah satu jenis sastra lisan khas Kayuagung.
“Harapan kami dengan adanya perlombaan Cang Incang, maka akan ada generasi penerus yang akan terus melestarikan tradisi turun-temurun asli Kayuagung,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten OKI, Ahmadin Ilyas.
Selain itu, Midang Bebuke juga menjadi momen untuk mengenalkan adat budaya Morge Siwe kepada generasi muda.
“Dengan mengikuti Midang Bebuke, generasi muda dapat memahami dan mencintai budaya leluhur mereka,” kata Ahmadin.
Tradisi yang Menyatukan Masyarakat
Midang Bebuke bukan hanya tentang arak-arakan dan pertunjukan budaya, tapi juga tentang mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat Kayuagung.
“Midang Bebuke menjadi momen bagi masyarakat untuk berkumpul dan bersilaturahmi. Tradisi ini juga menjadi pengingat akan nilai-nilai luhur budaya Morge Siwe,” tutur Ahmadin.
Midang Bebuke merupakan tradisi unik dan bersejarah yang menjadi identitas dan kebanggaan masyarakat Kayuagung. Semaraknya Midang Bebuke di tahun ini menunjukkan komitmen masyarakat dan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan budaya leluhur. Tradisi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat. ***