Phillip Island menyajikan balapan yang bukan hanya penuh aksi, tetapi juga penuh kejutan. Grand Prix Australia 2025 menjadi panggung bersejarah bagi Raul Fernandez (Trackhouse Aprilia) yang berhasil mengamankan kemenangan MotoGP perdananya. Kemenangan ini juga menandai podium Grand Prix pertama bagi tim satelit Amerika, Trackhouse, menegaskan potensi besar tim tersebut di kejuaraan dunia.
Di sisi lain, balapan ini menjadi studi kontras ekstrem. Fernandez merayakan kejayaan, sementara Francesco Bagnaia, mantan juara dunia dan rekan setim Juara Dunia 2025 Marc Marquez, mengalami bencana total. Bagnaia jatuh dari posisi ke-12 di Tikungan Siberia, mengakhiri akhir pekan yang disebut manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, sebagai situasi “sangat sulit secara mental” karena tim tidak memiliki penjelasan teknis atas masalah getaran parah pada motornya.
Kunci Sukses Fernandez: Manajemen Ban di Phillip Island
Kemenangan Raul Fernandez juara di Phillip Island adalah hasil dari strategi yang matang. Meskipun startnya tidak ideal, ia segera memposisikan diri di barisan depan setelah pemegang pole Fabio Quartararo dan home hero Jack Miller kehilangan momentum. Fernandez mengambil alih posisi terdepan pada Lap 6, kemudian mulai membangun gap yang konsisten.
Fernandez dan tim Trackhouse, yang memilih kombinasi ban Hard-Medium (sama seperti mayoritas grid), sukses mengelola keunggulan mereka di lintasan yang menuntut ini.
Ia mampu mempertahankan jarak 3 detik dari Alex Marquez dan Pedro Acosta di tengah balapan. Sebaliknya, Quartararo dan Miller yang melakukan kesalahan ban di Sprint sehari sebelumnya, harus membayar mahal: Miller jatuh dari posisi keenam pada Lap 6, mengakhiri harapan podiumnya.
Bezzecchi Melawan Hukuman dan Mencuri Podium P3
Kejutan terbesar kedua dalam balapan ini adalah podium yang diraih Marco Bezzecchi (Aprilia Factory). Meskipun memulai balapan dari barisan depan, ia harus menjalani dua kali long lap penalty akibat insidennya dengan Marc Marquez di Mandalika sepekan sebelumnya.
Strategi Bezzecchi, seperti yang dijelaskan timnya, adalah “mendorong sekeras mungkin di awal” sebelum hukuman dijatuhkan. Taktik itu berhasil: Bezzecchi memimpin di Lap 1, membangun gap 1,3 detik, sebelum akhirnya menjalani hukuman pada Lap 5 dan Lap 7.
Hukuman tersebut membuatnya merosot dari P3 ke P6, namun pace balapannya yang superior (mencetak waktu di 1 menit 27 detik) memungkinkan ia mengejar dan menyalip Alex Marquez di lap-lap akhir untuk merebut P3.
Misteri Getaran Ducati Mengancam Mental Juara Pecco Bagnaia
Kontras dramatis terjadi pada Francesco Bagnaia. Ia mengalami akhir pekan yang diliputi ketidakjelasan, di mana motornya menunjukkan getaran parah yang tidak dapat dijelaskan insinyur Ducati. Bagnaia yang dihukum grid penalty, memulai dari P14. Setelah berjuang sekuat tenaga, ia jatuh saat berada di P12 di Tikungan Siberia pada Lap 24, mengakhiri balapan.
“Kami tidak punya penjelasan. Kami mencoba sesuatu yang lucu pagi ini, itu tidak berhasil,” ujar Manajer Tim Ducati, Davide Tardozzi, mengakui frustrasi tim. “Mentally, ini adalah situasi yang sangat sulit bagi Pecco. Kami percaya padanya, namun berpindah dari juara menjadi pembalap terakhir adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi,” tambahnya, menyoroti dampak psikologis yang dialami juara dunia tersebut.
Dengan hasil ini, Raul Fernandez juara sekaligus mengamankan tempatnya sebagai race winner baru di MotoGP. Fabio di Giannantonio (VR46 Ducati) melengkapi podium di P2. (dhi)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.






