Scroll untuk baca artikel
banner Pemkab OKI
Example floating
Example floating
Pemprov Sumsel 728x250
Palembang

Palembang: Kota Tertua di Indonesia yang Kaya Sejarah dan Pesona

×

Palembang: Kota Tertua di Indonesia yang Kaya Sejarah dan Pesona

Share this article

Dari Sriwijaya hingga Asian Games, Mengungkap 10 Fakta Menarik "Venesia dari Timur" yang Memukau

Palembang: Kota Tertua di Indonesia yang Kaya Sejarah dan Pesona
Palembang: Kota Tertua di Indonesia yang Kaya Sejarah dan Pesona. Foto: dok. Wikipedia.

Palembang, NUSALY.COMKota Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, adalah sebuah permata tersembunyi di jantung Nusantara. Lebih dari sekadar pusat pemerintahan, Palembang menyimpan segudang fakta menarik yang menjadikannya istimewa dan berbeda dari kota-kota lain di Indonesia. Dengan usia yang mencapai lebih dari 13 abad, Palembang bukan hanya kota tertua di Indonesia, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang sejarah dan peradaban di Bumi Pertiwi.

Terletak di tepi Sungai Musi yang membelah kota, Palembang memancarkan pesona yang memikat. Luas wilayahnya mencapai 352,51 km² dan dihuni oleh hampir 1,8 juta jiwa penduduk (data pertengahan 2024), menjadikannya kota terbesar kedua di Sumatra setelah Medan dan kelima terbesar di Indonesia. Bahkan di tingkat Asia Tenggara, Palembang menempati peringkat ke-19 sebagai kota terbesar.

Namun, daya tarik Palembang tidak hanya terletak pada ukuran dan populasinya. Kota ini menyimpan kekayaan sejarah, budaya, dan keunikan yang patut untuk diungkap. Berikut adalah 10 fakta menarik tentang Kota Palembang yang akan membawa Anda menjelajahi lebih dalam tentang “Venesia dari Timur” ini:

1. Kota Tertua di Indonesia: Jejak Sriwijaya Abadi

Pengakuan sebagai kota tertua di Indonesia bukanlah klaim tanpa dasar. Merujuk pada Prasasti Kedukan Bukit yang bertarikh 16 Juni 682 Masehi, Palembang telah eksis sebagai pusat pemukiman sejak era Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut menjadi bukti otentik yang mengukuhkan usia Palembang yang telah mencapai minimal 1.341 tahun.

“Prasasti Kedukan Bukit adalah bukti tak terbantahkan bahwa Palembang memiliki sejarah yang sangat panjang. Di sinilah, di tepian Sungai Musi ini, peradaban besar Sriwijaya pernah berjaya, meninggalkan warisan yang abadi hingga kini,” ujar Dr. Djoko Marihandono, sejarawan dari Universitas Sriwijaya.

Awalnya, Palembang hanyalah sebuah wanua, sebuah pemukiman desa yang didirikan oleh penguasa Sriwijaya. Namun, lokasinya yang strategis di jalur perdagangan maritim Asia Tenggara dengan cepat menjadikannya pusat pertumbuhan dan perkembangan. Seiring waktu, Palembang bertransformasi menjadi jantung Kerajaan Sriwijaya, imperium maritim yang disegani di kawasan Asia Tenggara pada masanya.

Sejarah panjang Palembang tidak berhenti pada era Sriwijaya. Kota ini terus memainkan peran penting dalam berbagai babak sejarah Nusantara, mulai dari era kesultanan Islam hingga masa kolonialisme. Palembang juga menjadi magnet bagi para pendatang dari berbagai penjuru dunia, termasuk biksu dari China yang singgah untuk mempelajari agama Buddha dan para pedagang dari Timur Tengah yang menjalin hubungan dagang.

2. Al-Qur’an Al-Akbar: Karya Seni Kayu Terbesar di Dunia

Salah satu keajaiban budaya Palembang yang mendunia adalah Al-Qur’an Al-Akbar, atau yang lebih dikenal sebagai Al-Qur’an Raksasa. Sesuai namanya, Al-Qur’an ini memiliki ukuran yang luar biasa besar, menjadikannya bukan hanya sebagai artefak religi, tetapi juga karya seni kayu yang mengagumkan.

Setiap lembar halaman Al-Qur’an Al-Akbar terbuat dari kayu trembesi solid, dengan tinggi mencapai 177 cm, lebar 140 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran raksasa inilah yang mengantarkan Al-Qur’an ini meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Al-Qur’an terberat dan terbesar di dunia.

“Al-Qur’an Al-Akbar adalah simbol kebanggaan masyarakat Palembang. Ini adalah perwujudan kecintaan pada agama Islam yang diukir dengan indah di atas kayu. Keberadaannya menjadi daya tarik wisata religi yang unik dan mendunia,” kata Ahmad Fauzi, pengelola Masjid Agung Palembang, tempat Al-Qur’an Al-Akbar dipamerkan.

Proses pembuatan Al-Qur’an Al-Akbar melibatkan tangan-tangan terampil para seniman ukir kayu Palembang. Setiap ayat Al-Qur’an diukir dengan detail dan presisi tinggi, menghasilkan mahakarya seni yang memukau. Al-Qur’an ini tidak hanya menjadi objek kekaguman visual, tetapi juga sarana untuk lebih mendekatkan diri pada nilai-nilai suci Al-Qur’an.

3. Tradisi Bidar: Nostalgia Balap Perahu Para Raja dan Ratu

Tradisi Bidar, atau balap perahu bidar, adalah seni dayung tradisional yang menjadi ikon Kota Palembang. Perlombaan perahu panjang dan ramping ini memiliki akar sejarah yang panjang, berawal dari kisah legenda tentang dua pemuda perkasa, Kemala Negara dan Dewa Jaya, yang pertama kali mengadu kecepatan di Sungai Musi.

Namun, tradisi Bidar yang kita kenal sekarang memiliki sentuhan sejarah kolonial. Sejak sekitar tahun 1898, perlombaan bidar mulai diadakan secara rutin untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina. Pada masa itu, Bidar menjadi ajang pesta dan hiburan bagi para pejabat kolonial Belanda dan kaum elit Palembang.

“Perlombaan Bidar dulunya adalah pesta rakyat sekaligus pesta para penguasa. Ini adalah perpaduan antara tradisi lokal dengan pengaruh kolonial. Namun, semangat utama dari Bidar adalah sportivitas, kebersamaan, dan kegembiraan,” ungkap R.M. Akib, tokoh masyarakat Palembang yang aktif melestarikan tradisi Bidar.

Kini, perlombaan Bidar tetap dilestarikan sebagai bagian dari perayaan hari ulang tahun Kota Palembang dan berbagai festival budaya. Perahu-perahu bidar yang dihias warna-warni dengan puluhan pendayung yang bersemangat menjadi daya tarik utama dalam setiap perlombaan. Tradisi ini terus hidup dan menjadi identitas budaya yang melekat pada Kota Palembang.

4. Pasar Cinde: Pusat Perbelanjaan Legendaris dengan Arsitektur Ikonik

Pasar Cinde, yang terletak di pusat Kota Palembang, adalah pasar tradisional legendaris yang memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang unik. Dibangun pada tahun 1957 dan rampung setahun kemudian, Pasar Cinde menjadi pasar pertama yang didirikan di Palembang setelah kemerdekaan Indonesia.

Arsitektur Pasar Cinde dirancang oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten, dengan sentuhan gaya art deco yang modern pada masanya. Salah satu ciri khasnya adalah tiang-tiang penyangga berbentuk cendawan yang menjulang tinggi. Bentuk cendawan ini bukan hanya sekadar elemen dekoratif, tetapi juga mengandung filosofi yang dalam.

“Tiang cendawan di Pasar Cinde adalah simbol penghormatan pada tradisi berjualan di bawah pohon yang telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat Palembang. Ini adalah perpaduan antara modernitas dan kearifan lokal,” jelas Dr. Irene Gunawan, arsitek dan pengamat sejarah arsitektur Palembang.

Pasar Cinde tidak hanya dikenal karena arsitekturnya yang unik, tetapi juga sebagai pusat perbelanjaan terlengkap di Palembang. Di pasar ini, Anda dapat menemukan berbagai macam barang dagangan, mulai dari bahan makanan segar, pakaian, kerajinan tangan, hingga barang antik dan loak. Pasar Cinde adalah denyut nadi perekonomian kota dan tempat bertemunya berbagai lapisan masyarakat Palembang.

5. Danau Ranau: Permata Biru di Perbatasan Dua Provinsi

Keindahan alam Sumatera Selatan tidak hanya terbatas pada Sungai Musi dan perkebunan teh. Di perbatasan antara Provinsi Lampung Barat dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan), terhampar sebuah danau vulkanik yang memukau, yaitu Danau Ranau. Danau ini merupakan danau terbesar kedua di Sumatra setelah Danau Toba.

Danau Ranau terbentuk akibat proses geologis dahsyat, yaitu gempa bumi besar dan letusan gunung berapi yang menciptakan cekungan raksasa. Air danau yang jernih berwarna kebiruan, dikelilingi oleh perbukitan hijau dan udara yang sejuk, menjadikan Danau Ranau sebagai destinasi wisata alam yang menenangkan.

“Danau Ranau adalah anugerah alam yang luar biasa bagi Sumatera Selatan dan Lampung. Keindahan danau ini tidak kalah dengan danau-danau terkenal lainnya di Indonesia. Ini adalah tempat yang sempurna untuk melepaskan penat dan menikmati ketenangan alam,” tutur Anita Sari, seorang travel blogger yang pernah mengunjungi Danau Ranau.

Selain menikmati pemandangan danau yang indah, pengunjung Danau Ranau juga dapat melakukan berbagai aktivitas wisata, seperti berenang, berperahu, memancing, atau menjelajahi pulau-pulau kecil yang tersebar di tengah danau. Danau Ranau adalah surga tersembunyi yang menanti untuk dijelajahi.

6. Kebun Teh Dempo: Warisan Kolonial di Ketinggian Gunung

Bagi pecinta ketinggian dan pemandangan hijau yang menyejukkan mata, Gunung Dempo adalah destinasi yang wajib dikunjungi di Sumatera Selatan. Gunung yang menjulang setinggi 3.173 meter di atas permukaan laut ini terletak di Kota Pagar Alam, dan dikenal sebagai “puncak” dari “Bumi Sriwijaya”.

Selain menawarkan panorama alam pegunungan yang indah, Gunung Dempo juga menyimpan warisan sejarah berupa perkebunan teh yang luas. Perkebunan teh ini merupakan peninggalan masa kolonial Belanda yang masih produktif hingga kini. Hamparan kebun teh yang menghijau, berlatar belakangGunung Dempo yang megah, menciptakan pemandangan yang luar biasa indah.

“Kebun teh Dempo adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam dan warisan sejarah. Menikmati secangkir teh hangat di tengah perkebunan teh yang sejuk, dengan pemandangan gunung yang menakjubkan, adalah pengalaman yang tak terlupakan,” ujar Hendra Wijaya, pengelola Kebun Teh Dempo.

Pengunjung dapat menjelajahi perkebunan teh Dempo dengan berjalan kaki atau bersepeda, mengunjungi pabrik pengolahan teh, atau sekadar bersantai menikmati pemandangan alam yang mempesona. Kebun Teh Dempo adalah destinasi wisata yang cocok untuk semua kalangan, mulai dari keluarga, pasangan, hingga backpacker.

7. Palembang di Panggung Dunia: Tuan Rumah Asian Games 2018

Nama Palembang semakin dikenal di kancah internasional ketika kota ini terpilih menjadi salah satu tuan rumah Asian Games 2018, bersama dengan Jakarta. Perhelatan olahraga terbesar di Asia ini menjadi momentum bersejarah bagi Palembang untuk menunjukkan diri sebagai kota yang modern, dinamis, dan siap menjadi tuan rumah acara tingkat dunia.

Pusat kegiatan Asian Games 2018 di Palembang dipusatkan di Jakabaring Sport City (JSC), sebuah kawasan olahraga terpadu yang dibangun dengan fasilitas modern. JSC menjadi venue untuk berbagai cabang olahraga, sekaligus pusat kegiatan pendukung Asian Games.

“Asian Games 2018 adalah titik balik bagi Palembang. Kami berhasil membuktikan bahwa Palembang mampu menjadi tuan rumah acara internasional tingkat tinggi. Infrastruktur olahraga dan transportasi kami berkembang pesat, dan citra kota kami pun semakin positif di mata dunia,” kata Walikota Palembang, Harnojoyo, dalam sebuah pidato seusai Asian Games 2018.

Salah satu inovasi transportasi yang memudahkan akses ke JSC adalah Light Rail Transit (LRT) Palembang. LRT ini menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II langsung ke kawasan JSC, memudahkan para atlet, official, dan penonton untuk berkeliling di sekitar kota selama Asian Games berlangsung. LRT Palembang menjadi simbol kemajuan infrastruktur transportasi di Palembang.

8. Lumbung Energi Nasional: Penghasil Migas Terbesar di Indonesia

Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu daerah penghasil minyak dan gas bumi (migas) terbesar di Indonesia. Palembang, sebagai ibu kota provinsi, menjadi pusat kegiatan industri migas di wilayah ini. Beberapa perusahaan migas raksasa beroperasi di berbagai wilayah di Sumatera Selatan, termasuk Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Pali, dan Lahat.

Kontribusi sektor migas terhadap perekonomian Palembang dan Sumatera Selatan sangat signifikan. Pendapatan dari sektor migas menjadi salah satu sumber utama pendapatan daerah, yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Sektor migas adalah salah satu tulang punggung perekonomian Sumatera Selatan. Palembang sebagai pusat industri migas memiliki peran strategis dalam mendukung produksi dan distribusi energi nasional,” jelas Dr. Yanuar Anuar, ekonom dari Universitas Palembang.

Meskipun mengandalkan sektor migas, Palembang juga terus berupaya untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi lain, seperti pariwisata, perdagangan, dan industri kreatif, sebagai diversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan.

9. Mozaik Budaya: Rumah Bagi 12 Suku Bangsa

Keberagaman budaya adalah salah satu ciri khas Sumatera Selatan, dan Palembang sebagai ibu kota provinsi menjadi representasi dari keberagaman tersebut. Sumatera Selatan dihuni oleh setidaknya 12 suku bangsa yang berbeda, yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang unik.

Suku-suku bangsa tersebut antara lain Gumai, Lahat, Komering, Semendo, Lintang, Kubu, Lematang, Ogan, Palembang, Pasemah, Kayu Agung, dan Sekayu. Keberagaman ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan di Palembang, mulai dari kuliner, seni pertunjukan, hingga arsitektur bangunan.

“Palembang adalah melting pot budaya di Sumatera Selatan. Keberagaman suku bangsa adalah kekayaan yang harus kita jaga dan lestarikan. Ini adalah identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap Dra. Rosmala Dewi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang.

Pengunjung Palembang dapat merasakan langsung keberagaman budaya ini melalui berbagai festival budaya yang secara rutin diadakan, mencicipi kuliner khas dari berbagai suku bangsa, atau mengunjungi kampung-kampung adat yang masih mempertahankan tradisi leluhur. Palembang adalah kota yang kaya warna dan penuh dengan cerita budaya.

10. Benteng Kuto Besak: Simbol Perjuangan dan Panorama Sungai Musi

Benteng Kuto Besak adalah bangunan bersejarah yang menjadi simbol perjuangan rakyat Palembang melawan penjajah. Benteng ini telah berdiri kokoh selama ratusan tahun dan masih terawat dengan baik hingga kini. Lokasinya yang strategis di tepi Sungai Musi menjadikan Benteng Kuto Besak sebagai landmark ikonik Kota Palembang.

Benteng Kuto Besak dibangun pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, sultan Palembang Darussalam. Benteng ini menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara rakyat Palembang dengan penjajah Belanda. Kini, Benteng Kuto Besak telah bertransformasi menjadi objek wisata sejarah dan budaya yang populer.

“Benteng Kuto Besak adalah simbol keberanian dan semangat juang rakyat Palembang. Dari benteng inilah, para pahlawan kita melawan penjajah. Kini, benteng ini menjadi pengingat sejarah dan sekaligus tempat wisata yang menarik,” kata Letkol Inf. Jaelani, Komandan Kodim 0404/Palembang, yang bertanggung jawab atas perawatan Benteng Kuto Besak.

Pengunjung Benteng Kuto Besak dapat menikmati pemandangan indah Sungai Musi yang dipenuhi lalu lalang kapal tradisional dan modern. Pada malam hari, kawasan sekitar benteng menghidupkan suasana dengan pasar malam yang ramai dan berbagai pertunjukan seni dan budaya. Benteng Kuto Besak adalah tempat yang sempurna untuk menikmati suasana Palembang yang khas dan bersejarah.

Palembang adalah kota yang menawarkan perpaduan sempurna antara kekayaan sejarah, keindahan alam, dan modernitas. Dari kota tertua di Indonesia hingga tuan rumah Asian Games, Palembang terus berkembang dan berbenah diri, namun tetap menjaga akar budaya dan sejarahnya. Mengunjungi Palembang adalah perjalanan yang akan membuka mata Anda tentang pesona “Venesia dari Timur” yang memukau. (desta)

NUSALY Channel

Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.