PALEMBANG, NUSALY – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel) memperkuat komitmennya dalam menjaga warisan budaya bangsa, khususnya naskah kuno yang kaya akan nilai sejarah dan kearifan lokal. Langkah ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan sebuah ikhtiar strategis yang membutuhkan kolaborasi aktif dari seluruh pihak, termasuk masyarakat, komunitas, dan pemerintah.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumsel, Edward Candra, menegaskan bahwa kemajuan sejati suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi, tetapi juga oleh kemampuannya menjaga dan melestarikan sejarah, budaya, serta peradaban yang diwariskan oleh para pendahulu.
“Bangsa kita memiliki keragaman budaya yang merupakan aset tak ternilai. Salah satunya adalah naskah kuno yang menyimpan pengetahuan, nilai luhur, dan identitas bangsa. Tugas kita adalah melestarikan agar tidak punah,” ujar Edward.
Menurutnya, naskah kuno merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan. Di dalamnya, tersimpan berbagai ilmu pengetahuan, filosofi hidup, adat istiadat, dan identitas suatu peradaban yang berharga untuk dipelajari oleh generasi mendatang.
Tantangan Berat dalam Pelestarian Naskah Kuno
Edward Candra tidak menampik bahwa tantangan dalam melestarikan naskah kuno tidaklah ringan. Banyak naskah yang kini kondisinya sangat rapuh, dimakan usia, dengan kertas yang menguning dan tinta yang memudar. Bahkan, sebagian naskah terancam hilang selamanya karena minimnya perawatan yang memadai dan rendahnya kesadaran masyarakat akan nilai pentingnya.
Namun, tantangan ini dihadapi oleh Pemprov Sumsel dengan serangkaian upaya proaktif. Program pelestarian ini, jelas Edward, sejalan dengan Program Strategis Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel yang ke-8, yaitu mewujudkan Sumsel yang religius, toleran, serta berbudaya. Program ini secara spesifik mencakup pelestarian Aksara Ulu dan penguatan nilai-nilai kebangsaan serta kearifan lokal.
Edward menekankan, inisiatif seperti sosialisasi ini bukanlah agenda seremonial semata, melainkan bagian nyata dari ikhtiar kolektif untuk menjaga identitas budaya bangsa. Ia berharap kegiatan ini dapat memperkuat jati diri bangsa sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang, yang akan menjadi pewaris peradaban.
“Pelestarian naskah kuno adalah kontribusi strategis dalam mendukung pembangunan daerah yang religius, berbudaya, dan berkarakter. Ini harus menjadi gerakan bersama, bukan hanya tugas pemerintah,” tegasnya, menggarisbawahi bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab kolektif.
Dua Strategi Utama: Konservasi dan Alih Media
Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi Sumsel, M. Zaki Aslam, menjelaskan bahwa untuk mengatasi kerentanan naskah kuno, pihaknya mengusung dua strategi utama: konservasi dan alih media. Tema sosialisasi yang dipilih juga dirancang khusus untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kedua strategi ini.
Zaki menerangkan, konservasi berarti menjaga dan merawat naskah kuno agar tetap lestari secara fisik. Ini termasuk perawatan fisik, pembersihan, dan penyimpanan yang tepat. Sementara itu, alih media adalah upaya modernisasi yang sangat krusial.
Tujuan alih media adalah memindahkan isi naskah kuno ke dalam bentuk digital. Dengan demikian, naskah akan lebih tahan lama, isinya mudah dipelajari, dan dapat diakses oleh generasi mendatang melalui teknologi.
Zaki menambahkan, tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, memberikan pengetahuan teknis tentang konservasi, serta mendorong alih media digital. Dengan demikian, diharapkan dapat terbentuk jejaring kerja sama yang kuat antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat. “Harapannya, warisan berharga ini dapat lestari sepanjang masa,” pungkas Zaki. (desta)
NUSALY Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Nusaly.com WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.